Tak berapa lama, keputusan pun dibuat. Mereka kembali terjun ke bisnis produksi sepatu. Mengawali kembali usahanya, Iskandar nekat maju dengan modal 20 juta. "Modal ini diberikan anakku dua tahun lalu," timpalnya.
Bantuan dari anaknya itu seperti suntikan semangat bagi Iskandar Nadi dan kakak kandungnya Ismail. Mereka kembali bersemangat memajukan bisnis yang pernah dirintis ayahnya itu.
Mereka mulai dengan mengaktifkan kembali rumah produksinya, walau bentuknya sebuah gubuk berukuran 6 m x 6 m. Namun dalam dua minggu keduanya bisa menghasilkan 5 sampai 10 pasang sepatu yang kualitas terjamin.
Mereka melakukannya secara manual, mulai dari menggambar bentuk, menggunting bahan, menggabungkan bahan yang satu dan yang lain, mencetak hingga 'sim salabim' jadi sepatu siap pakai.
Dua bersaudara ini gigih membangun bisnisnya yang sempat mati. Mereka membeli perlengkapan seadanya, seperti mesin jahit sepatu, cetakan sepatu beberapa pasang dan bahan pembuatan sepatu.
Namun tantangan yang lebih berat adalah menarik minat pembeli. Sebab penjualan sepatu produk lokal tidak begitu menggembirakan saat ini. "Sepi pembeli, satu hari paling kita bisa jual dua pasang," keluh Iskandar.
Mereka juga mengakui sulitnya mendapatkan pinjaman untuk tambahan modal usahanya. Sudah beberapa kali mereka mencoba untuk meminjam ke Bank tetapi selalu menemui jalan buntu "Ini kan baru kita mulai lagi usahanya. Saya yakin ini bisa maju," beber Ismail optimis.
Keduanya berharap usaha ini bisa berjalan terus dan dapat menjadi sumber ekonomi bagi keluarga. Jika mempunyai modal tambahan, Ismail dan Iskandar akan membeli mesin kompres angin untuk mempercepat proses pembuatan. "Kami butuh mesin kompres angin dan satu lagi mesin jahit agar lebihmaksimal dan kualitas sepatu lebih baik," harap Ismail. (*)
23 Maret 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H