Mohon tunggu...
Jon Roi Tua Purba
Jon Roi Tua Purba Mohon Tunggu... Penulis/Pekerja Sosial -

Menjadikan Hidup Lebih Berarti

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Indonesia vs Korsel: Belajar dari Kekalahan

1 April 2015   14:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:41 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

"Hidup ini adalah belajar, selama hidup di dunia ini maka tidak akan pernah berhenti belajar"

Pepatah diatas semestinya bukanlah hanya sebagai ungkapan sesaat. Jika kita mendalaminya maka pengertian ini akan lebih dalam akan apa artinya. Perjuangan yang sudah ditunjukan oleh Garuda Muda memang layak di apresiasi. Berjalan apik mempertahankan gawang 45 menit pertama adalah bukti nyatanya.

Kembali kepada pengertian pepatah diatas. Belajar berarti ada proses evaluasi dan memperbaiki setiap tahapan. Jadi kekalahan atas Korsel memang seharausnya menjadi pelajaran bagi Pembina, Pelatih, Official, dan pasytinya para pemain.

Melihat perjuangan pasukan Indonesia U-23 militansi dalam lapangan hijau tidak lagi di ragukan. Evan Dimas dkk sudah menunjukan kapasitasnya menjunjung tinggi Merah Putih. Namun, kendornya fokus dari tim garuda Muda memaksa kita harus menyerah 0-4. Kekalahan telak tentunya.

Kita berharap kekalahan ini adalah bagian dari pembelajaran. Jadi jika kita anggap ini adalah sebuah pembelajaran tentu saja kita "tidak melupakannya." Kritik penulis dalam hal ini adalah seringnya kita menyatakan melupakan kekalahan. Tidak. Kita memang harus mengingatnya, namun dalam konteks pembelajaran.

Yang paling jelas nyatanya kekalahan kita adalah pada fisik. Lemahnya kondisi fisik para pejuang muda kita sudah terlihat ketika pertandingan pertama melawan Timor Leste. Walau kita menang 5 gol tanpa balas, asuhan pelatih Aji Santoso ini kedodoran dalam hal fisik.

Lemahnya kondisi fifik akan menghilangkan fokus permainan para pasukan Garuda Muda, sehingga kekalahan pun tak terhindarkan. Kini kita harus mengakui Korsel lebih baik bermain, selanjutnya tentu kita akan berbenah diri.

Penulis yang pernah merasakan kuliah di Pendidikan Kepelatihan Olahraga tidak pernah bosan menyatakan solusi terbaik dari pencapaian prestasi adalah "Pembinaan Usia Muda." Para pembina sepakbola dan tim pelatih tentu jauh lebih tahu, paham, dan mempunyai kapasitas untuk itu. Tinggal mau atau tidak melaksanakannya.

Penulis tidak akan banyak mengulas bagaimana pembinaan usia muda. Namun, jika kita memang mau belajar untuk lebih baik. Ya tidak ada solusi lain dimulai pembinaan usia muda. Jika pembinaan usia muda di mulai sejak sekarang tentu jangka panjang kita akan merakan hasilnya. Ya, paling tidak 10-20 tahun kedepan.

Berani menginvestasikan uang sedemikian besar di awal?

Pembina (PSSI) dan Pemerintah dalam hal ini Menpora  adalah yang punya kebijakan. Jika kita mau belajar maka belajarnya sesungguhnya. Jangan berharap prestasi itu instan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun