Mohon tunggu...
Sorot
Sorot Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Resmi

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana Sorot digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel seputar rilis, serta kolaborasi dengan mitra. Email : sorot.kompasiana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Diantara Petruk dan Sinta

20 Maret 2023   18:48 Diperbarui: 20 Maret 2023   18:56 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: MH Said Abdullah

Anggota DPR, Penikmat Wayang

Dalang, saat mengawali cerita, seringkali memulai dengan narasi bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelap, dan seterusnya. Mukaddimah itu penting, bukan saja bagi para dalang, tetapi bagi siapapun agar lakon di babak berikutnya bisa sampai pada yang dituju; kesepahaman tentang sesuatu dan mengapa sesuatu itu menjadi sesuatu yang lain, sesuatu banget, meminjam istilah, Syahrini.

Penyelenggaraan negara dalam kuasa, adakalanya berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Ada pula yang tidak sepenuhnya berlangsung sebagaimana yang dikehendaki. Diinginkan, pada satu sisi dan tidak dikehendaki pada sisi yang lain, tentu ini sunnatullah-kekuasaan, mungkin itu bagian dari keseimbangan. Jika semua sesuai dengan irama, maka keberadaan Sang Hyang Widi, Tuhan, berpotensi dilupakan. Tetapi, tidak fair juga apabila Tuhan hanya diingat apabila yang diinginkan tidak sesuai dengan ekspektasi. Cobalah mengerti, kira-kira, begitulah Ariel menyanyi.

Dok. MH Said Abdullah
Dok. MH Said Abdullah

Urusan kemengertian inilah yang terdapat dalam wayang sebagaimana Petruk dalam punakawan. Petruk, salah satu tokoh di dunia pewayangan (Jawa). Petruk, biasanya, tidak sendiri, tetapi ditemani Gareng, Bagong dan Semar. Mereka, Punakawan, yang terdiri atas kata puna yang berarti paham dan kawan yang berarti teman. Dalam perwayangan, punakawan diidentikkan dengan sosok yang mengabdi pada pandawa, lima anak Pandu Dewanata, Raja di Hastinapura

Sosok punakawan sesungguhnya tidak ada dalam wayang versi India (Mahabarata). Punakawan hadir bagian dari pribumisasi wayang India menjadi versi Jawa. Begitulah kekuatan kultural nusantara, selalu memiliki energi osmosis untuk melarutkan berbagai budaya yang datang dari luar, tidak ditelan mentah mentah.

Sosok punakawan dianggap sebagai batur (abdi pandawa), namun perannya justru tukang ngemong pandawa yang digambarkan lima kesatrian nan gagah dan sakti, sementara punakawan pribadi yang fisik tidak rupawan, namun punya kemampuan mengalahkan pandawa bila harus beradu kesaktian. Hadirnya panawakan dalam lanskap pewayangan ini menjelaskan, eksistensi Jawa tidak luruh bahkan ditengah tak terbendungnya "teather mahabarata" kala itu.

Bagaimana sesungguhnya sosok Punakawan Petruk? Ia memang sosok yang lucu, nan humoris. Ia tidak hanya sekedar menjadi abdi atau suruhan raja yang menebarkan kejenakaan, mencairkan suasana, dan memahami yang sedang menimpa raja. Namun dari kejenakaan dan kelucuaannya terselip kata kata bijak, yang menenangkan hati pendawa.

Ingat cerita Petruk jadi raja? Saat memegang jamus kalisada, jimat sakti mandraguna, mampu merubah Petruk menjadi raja, dan meluruskan jalannya negara yang melenceng. Petruk sesaat jadi ratu adil. Tugasnya hanya sementara, memperbaiki jalannya bernegara, lantas dia kembali menjadi abdi kerajaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun