Kemerdekaan dan pancasila sebagai dasar negara bahwasanya ibarat dua sisi mata uang. Keduanya dilahirkan oleh pendiri bangsa Soekarno dan Mohammad Hatta melalui proses dan dispekati dalam satu tarikan nafas.
Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah menyampaikan pesan tersebut pada Sabtu (15/8). Menurutnya, proklamasi 17 Agustus 1945 yang dikumandangkan Bung Karno bersama Bung Hatta adalah satu puncak perjuangan kemerdekaan Indonesia melepaskan diri dari hegemoni kolonialisme negara-negara yang menjajah Indonesia.
Tetapi puncak peristiwa kemerdekaan bangsa Indonesia itu, dikatakan Basarah, bukan suatu peristiwa yang terjadi begitu saja, melainkan sebuah proses panjang yang diwarnai oleh pemikirkan mengenai: dasar negara seperti apa yang kelak mengawal Indonesia merdeka.
Basarah mengatakan, para pendiri bangsa telah melalui proses panjang hingga tiba pada kesimpulan bahwa Pancasila lah jawabannya.
Karenanya, momentum peringatan kemerdekaan menjadi sarana pengingat, instropeksi dan kemudian memproyeksikan ke depan.
"Oleh karena itu Indonesia kita diami, umat Islam, Kristen, dan semua umat beragama diami hari ini bukan sesuatu yang tiba-tiba ada, melainkan kristalisasi perjuangan para pendiri bangsa. Warisan ini tidak boleh jual kepada bangsa asing, atau kita gonati-ganti falsafahnya. Karena kita harus memikirkan anak-cucu kita di masa mendatang," ucapnya.
Disampaikan Basarah, nilai-nilai Pancasila masih sangat relevan untuk konteks kehidupan berbangsa bernegara saat ini. Salah satunya saat harus menghadapi tantangan di tengah pandemi Covid-19.
Ia mengatakan, Pancasila punya modal sosiologis dan ideologis yang kuat dan tengah bekerja dalam sistem kemasyarakatan. Inti dari Pancasila itu, menurutnya, adalah gotong-royong.
Artinya, jiwa sosial, gotong-royong bangsa Indonesia saat ini memang luar biasa. Dan dalam kondisi pandemi Covid-19 ini Bangsa Indonesia gotong-royong, bantu-membantu satu sama lain tanpa membedakan apa agama dan sukunya.
"Nah, saya kira modal sosiologis dan ideologis ini adalah prasyarat seluruh pemerintahan Republik Indonesia untuk bersama-sama menghadapi pandemi Covid-19 ini. Dan kita patut bersyukur bila dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia defisit ekonominya yang sudah mencapai 11 persen, 17 persen, dan sebagainya Indonesia saat ini relatif stabil," ungkapnya.
Ia pun berharap dengan gotong-royong, dengan persatuan, dan kebersamaan tidak mustahil pandemi Covid-19 yang awalnya sebagai ancaman kita rubah menjadi tantangan yang bisa membuat Indonesia bergerak maju sejajar dengan bangsa-bangsa lain.