Narasi yang selama ini digemborkan bahwa Presiden Jokowi melukai hati masyarakat adat setempat kini telah terbantahkan. Sajak-sajak tersebut kini pupus kala Tokoh Adat disana telah memberikan lampu hijau agar presiden jokowi mau pindah ke kalimantan Timur.
Pembanguan ibukota baru yang terletak di Kalimantan Timur belakangan terakhir ini menuai banyak interupsi. Ramai-ramai aktivis yang tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan para tokoh politik maupun sosial menggemakan narasinya. Dari sudut pandang sejarah, lingkungan hingga ideologi menjadi batu lontar untuk menjeggal rencana pemerintah tersebut.
Walau semua ekspresi tidak setuju sudah dilakukan dimana-mana, nyatanya pemerintah dan DPR tetap bersatu hati dalam memindahkan letak ibukota baru. Keseriusan pemerintah itu tidak hanya ditunjukkan dengan mengesahkan undang-undang ibukota negara, namun juga dengan berbagai kekuatan sosial yang lain.
Yang terbaru, dikabarkan dalam akun instagram Staf Kepresidenan RI, tokoh adat dan masyarakat di Kalimantan Timur, 100 persen mendukung kebijakan mantan walikota Solo ini. Disebutkan ada beberapa tokoh yang diajak dialog dan berdiskusi dengan Presiden Jokowi, dan semuanya menegasikan bahwa tegak lurus dengan hadirnya ibukota baru di bumi Borneo.
Hadir dalam diskusi tersebut diantaranya Adji Muhammad selaku Sultan Kutai Kartanegara dan Muhammad Jarnawi selaku Sultan Paser. Selanjutnya ada Kepala Adat Dayak Kenya, Ajang Tedung dan Ketua Kerukunan Bubuhan Banjar, Syarifuddin HR. Yang terakhir ada Andi Singkeru selaku Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan.
Kelima tokoh adat dan  masyarakat ini meminta agar pembangunan ibukota baru segera dilanjutkan. Mereka juga menyatakan bahwa masyarakat setempat sangat antusias dengan hadirnya kebijakan ini. Tentu dengan adanya program tersebut, Kalimantan Timur akan semakin maju kedepannya.
Atas pemberitaan tersebut, kita patut mengapresiasi langkah politik Presiden Jokowi. Siapa sangka gestur politik Jokowi mampu merangkul begitu banyak masyarakat yang katanya diisukan bersebelahan dengan  kebijakannya. Lewat aspirasi diatas, Jokowi tentu mendapat dukungan moral yang baik jika ingin melabuhkan sebuah smart city yang selama ini dicanangkan.
Kepiawaian Jokowi dalam merangkul masyarakat bukan baru sekali dua kali ini terjadi. Ia juga punya pengalaman yang kuat ketika memimpin Solo dan Jakarta. Tentu kita masih ingat bagaimana sikap Jokowi dalam menyelesaikan masalah penggusuran disalah satu wilayah Jakarta.
Saat itu, banyak masyarakat menolak hingga bersiap untuk demo bila mereka digusur. Masyarakat saat ini sangat kecewa karena sudah memilih Jokowi dan akhirnya harus digusur ketika ia terpilih. Namun sayang, Jokowi lagi-lagi berhasil memainkan skill politiknya untuk membujuk masyarakat disana agar mau direlokasi.