Mohon tunggu...
sonny majid
sonny majid Mohon Tunggu... Dosen - Dream man dan penikmat kopi

Yang punya anggapan kalau Tuhan itu beserta orang-orang berani.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Upaya Mendegradasi KH Ma'ruf Amin di Ajang Pilpres

18 November 2018   13:29 Diperbarui: 18 November 2018   13:51 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH Ma'ruf Amin (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Maman Darmansyah, Penggiat Kajian Politik Jakarta, geregetan ketika eskalasi politik jelang Pilpres 2019 masih saja disuguhkan hal yang serupa. Menyebar hoaks, fitnah, pembunuhan karakter. 

Dan yang paling menonjol terlihat adalah upaya mereduksi kecintaan masyarakat terhadap Jokowi-KH Ma'ruf Amin (KMA). Hanya saja sejak awal upaya mereduksi lebih disasarkan kepada sosok KMA, yang notabene adalah ulama. Sementara kelompok yang selalu mengatasnamakan ulama lainnya, justru kini ikut-ikutan mereduksi figur KMA.

Padahal sejak awal, bagi mereka yang menamakan dirinya Persaudaraan 212, GNPF-Ulama sesumbar mendorong ulama ikut menjadi bagian dari kepemimpinan nasional. Namun setelah Jokowi memilih KMA, justru mereka beramai-ramai mendegradasi sosok KMA yang ulama itu dicitrakan sebagai politisi bahkan sebagai ulama ambisius. 

Padahal KMA telah beberapa kali menjelaskan kepada kita semua, bahwa dirinya tidak pernah menyangka bakal dipilih Jokowi sebagai cawapres. Mereka lupa, selama kontestasi Pilkada DKI Jakarta, sosok KMA menjadi tokoh kunci. Habis manis sepah dibuang. Tapi begitulah politik.  

Setiap pernyataan KMA yang berpotensi "digoreng" ramai-ramai diviralkan melalui sosial media. Seperti "buta dan tuli." Pernyataan KMA sebenarnya tidak terlalu berbeda makna ketika seorang pengamat ekonomi mengatakan "ekonomi negara saat ini sedang pincang." Padahal pernyataan KMA tentang "buta dan tuli" hanya sebuah sentilan atau kritik bagi pihak-pihak yang tidak realistis melihat capaian kinerja pemerintahan Jokowi-JK.  

Maman menganggap lawan Jokowi-KMA sudah kehabisan cara untuk dapat merebut hati masyarakat. Akhirnya mereka menggunakan segala cara untuk mereduksi kecintaan masyarakat terhadap Jokowi-KMA," begitu Maman menegaskan. 

Berbeda dengan kubu Prabowo-Sandi kerap mengumbar "permohonan maaf." Besok berbuat yang sama, salah lagi, ramai diprotes, kemudian minta maaf. Mulai dari "Muka Boyolali" sampai "Melangkahi Makam Ulama." Entah nanti apalagi, kemudian minta maaf lagi. Itu sih namanya "Politik Minta Maaf."

Maman jebolan UIN Sunan Gunung Jati Bandung ini menyebutnya sebagai membangun imej protaginis-antagonis. Sebuah pencitraan bukan dengan adu program, adu gagasan, adu data dan lainnya. Dari pendapat Maman, saya mencoba merunut isu "pembunuhan karakter" yang "ditembakkan" kepada sosok KMA sedari awal ditetapkan sebagai cawapres.

Isu pertama kesehatan dengan mengedarkan foto KMA dirawat di rumah sakit. Padahal foto itu jauh-jauh sebelum beliau (KMA) dipilih sebagai cawapres. Foto itu diakui hanya check-up, wajarlah check-up, semua orang boleh kok. Kemudian umur dengan citra uzur. Sementara PM Malaysia Mahatir Muhammad usianya lebih tua ketimbang KMA. Bahkan saya sempat menerima meme melalui whatsaap yang mengatakan "KMA lupa dengan sandalnya usai salat jumat, bagaimana mengurusi negara" pernyataan itu dibuat seolah-olah dari pengakuan sopir pribadi KMA.  

Selanjutnya soal mobil Esemka, padahal dalam kacamata rasional, saya melihatnya KMA hanya memprediksi. Sah-sah saja kok. Toh dalam urusan bisnis skala besar, pastinya harus ada izin ini itu yang diurus dan butuh waktu. 

Ini sama halnya ketika lagi-lagi seorang ekonom memberikan asumsi. Bisa pas, bisa tidak pas dan itu tidak disalahkan, namanya juga asumsi. Berbeda dengan kasus Ratna Sarumpaet, jelas sekali itu hoaks. Habis operasi kok dibilang babak belur dikebukkin orang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun