Mohon tunggu...
solehuddin nasution
solehuddin nasution Mohon Tunggu... -

Bekerja di Sebuah Lembaga yang konsen terhadap perlidungan anak dan menangani masalah psikolgis/mental anak merupakan aktifitas yang patut dibanggakan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesan Seorang Pengemis Bagi Sang Koruptor

10 April 2010   03:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:53 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_115248" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi Seorang Pengemis (Google)"][/caption]

Pulang ke Medan disebabkan dapat cuti kerja merupakan hal yang selalu ku nanti, karena aku bisa berkumpul dengan istri, anak dan keluarga. Maklum cuti kerja baru bisa diajukan setiap 3 bulanan.

Disaat berada di Medan aku tidak melewatkan menikmati salah satu makanan kesukaanku yaitu” Bakso Medan” yang berada di salah satu dekat persimpangan Kota Medan. Kebetulan persimpangan itu berada tidak jauh dari tempat tinggalku. Jadi aku sering mampir untuk melampiaskan nafsuku menikmati makanan kesukaanku.

Pada saat menikmati bakso yang sedang ku makan, aku melihat salah seorang pengemis dengan tubuh kurus dan dia seorang lelaki yang kutafsir berumur sekitar diatas 50-an. Pengemis itu sedang duduk dibawah persimpangan lampu merah.

Sambil mengarahkan tangannya, dia mencoba meminta uang kepada setiap para pengguna jalan yang sedang melintas dihadapannya.

Panasnya mentari tidak membuat dirinya takluk dengan usaha yang sedang dijalankannya. Hal itu terus dia lakukan kepada setiap para pengguna jalan. Dengan harapan mendapatkan keikhlasan atas pemberian yang diberikan kepadanya.

Namun, tiba-tiba pengemis itu berdiri dan berjalan langsung kearah tempat dudukku . Kemudian dia memesan minuman dingin kepada penjual minuman, dan dia duduk tepat berada disebelah kiriku.

Dia menunggu minuman yang sedang dia pesan, lalu ku coba menyapa dan bertanya sambil berkenalan kepadanya. Kami melakukan tanya jawab, kadang aku yang bertanya kepadanya demikian pula sebaliknya kadang dia bertanya kepadaku. Beberapa identitas ku ketahui tentang dirinya,demikian juga pengemis itu mengetahui beberapa identitas diriku. Kami pun terus melakukan pembicaraan tentang hal-hal yang menurut kami penting untuk dibicarakan.

Dalam pembicaraan kami yang singkat, ada beberapa pesan yang dia sampaikan kepadaku untuk para koruptor dinegeri ini. Beberapa pesan yang kutanggap dari bibir pengimis itu yang dia sebutkan diantaranya :

  • Pengemis sangat mulia dari pada seorang koruptor
  • Pengemis tidak pernah menipu orang lain ketika menjalankan pekerjaannya sehari-hari, sedangkan koruptor selalu berusaha menipu orang lain untuk memperoleh uang/keuntungan sendiri atas pekerjaaannya.
  • Pengemis tidak pernah merekayasa orang yang ingin memberikan uang kepadanya, sedangkan koruptor selalu melakukan rekayasa agar uang yang dia dapatkan lebih dari haknya.
  • Pengemis tidak pernah memaksakan kepada orang lain agar diberi uang kepadanya sedangkan koruptor selalu memaksakan mengambil uang yang bukan haknya.
  • Pengemis tidak pernah menyusahkan banyak orang, sedangkan koruptor banyak menyusahkan orang lain.
  • Pengemis lebih tenang jiwanya, sedangkan koruptor selalu merasa tidak tenang dan tidak nyaman jiwanya.
  • Pengemis mempunyai hati nurani sedangkan koruptor tidak mempunyai hati nurani.
  • Pengemis ada dinegeri ini disebabkan oleh para koruptor dan tidak pernah koruptor ada dinegeri ini disebabkan oleh para pengemis. Oleh karena itu para koruptor harus bertanggungjawab atas penderitaan yang dialami oleh para pengemis.

Dari beberapa pesan yang disampaikan, pengemis itu selalu tersenyum kepadaku. Dan aku merasa dia telah puas menyampaikan segala perasaannya, sehingga pesan yang dia sampaikan dapat kudengar dengan baik.

Sebelum mengakhiri pembicaraan kami, aku menyampaikan pesan singkat kepada pengemis itu dengan mengatakan “semoga pesan bapak didengar dan diketahui oleh para koruptor dinegeri ini”. Dan kami pun saling menggenggam tangan untuk berpisah. Aku kembali pulang dan pengemis itu menjalani rutinitasnya kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun