Mohon tunggu...
SofialWidad
SofialWidad Mohon Tunggu... Penulis - Latahzan innalloha ma'ana

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin Instagram : _sofialwidad

Selanjutnya

Tutup

Love

Dipisah oleh Takdir Maut

30 November 2021   19:57 Diperbarui: 30 November 2021   20:30 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh


Terkadang semesta hanya menitipkan yang terbaik agar dapat belajar apa itu ikhlas. Ikhlas ketika semesta kembali mengambilnya bahkan untuk tidak lagi dilihat, untuk tidak lagi saling tegur sapa. Tapi hanya untuk dikenang dan hanya untuk saling menitipkan doa lewat suratan takdir kematian.

Aku harus bisa tanpamu. Kita ditakdirkan untuk saling mengikhlaskan. Hanya saja hati ini sangat sakit ketika momentum indah itu kembali, menghujam hebat kedalam hati. Bagaimana bisa aku merasa kesepian seperti ini? Aku mengakui kehilangan dirimu adalah ujian terhebat dalam hidupku.

Senyum itu, sentuhan tangan itu, pelukan itu. Hilang bersama waktu, terkubur bersama dirimu. Tetapi kenapa ingatan ini tak ikut hilang bersama dirimu?. Tuhan menakdirkan hitam pemisah garis takdir kita, hubungan yang dulunya kita bangun dengan sedemikian indah dengan waktu yang cukup lama tentunya. Akhirnya hanya sampai disini

Untuk apa? Jika bukan hanya sebagai pembelajaran.  

Kesedihan itu bagaikan racun dalam kehidupan. Akan selalu merasa menjadi korban dari segala kesakitan, maka aku akan memilih untuk berhenti, belajar berhenti merasa ditinggalkan. Bukankah mencintai adalah risiko yang harus sama-sama ditanggung oleh dua belah pihak yang saling memutuskan.

Kehilangan dan perpisahan adalah sebuah penyelesaian dari sebuah perjalanan. Cukup seperti itu yang aku pahami, dipisah maut adalah perpisahan tanpa kesepakatan yang berarti. Menyisakan banyak pertanyaan, penyesalan, dan ratapan kesedihan. Hari itu hanya bisa terdiam melihat duniaku luluhlantah mungkin hancur.

Tertinggal puing-puing rindu, dihanguskan oleh takdir, hanya diam, terdiam melihat lalu lalang orang dengan tatapan kasian. Rasanya akulah yang paling menyedihkan, akulah yang kehilangan segalanya. Benar, aku kehilangan sosok yang sangat aku cintai, sosok tampan, sosok tegas dan penuh kehangatan.

Dia sahabatku dari ketika aku masih kecil. Sekarang sosok itu hanya terdiam membeku tanpa kata, tanpa senyum. Dan kebenaran yang tidak bisa dipungkiri adalah "aku telah kehilangan".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun