Mohon tunggu...
Sofian Pian
Sofian Pian Mohon Tunggu... pns, pedagang kecil dan lelaki penikmat senja, diteluk palu

pns, pedagang kecil dan lelaki penikmat senja, diteluk palu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Apresiasi untuk Menggerakan Pendidikan

5 Oktober 2025   08:13 Diperbarui: 5 Oktober 2025   08:13 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam percakapan tentang mutu pendidikan, kita sering berbicara tentang kurikulum, sarana, dan teknologi pembelajaran. Namun, ada satu hal mendasar yang kerap terlupakan: menghargai manusia di balik perubahan itu sendiri, yakni guru dan tenaga kependidikan.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui kebijakan Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) 2025 mencoba meneguhkan kembali makna itu. Kebijakan ini menempatkan penghargaan bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan sebagai bagian dari strategi transformasi pendidikan yang berbasis pada pengakuan dan inspirasi.

Apresiasi Sebagai Proses Belajar

Apresiasi GTK 2025 berangkat dari gagasan sederhana: guru dan tenaga kependidikan perlu diberi ruang untuk merefleksikan kinerjanya, menuliskan praktik baiknya, dan menilai dampak nyata dari kerja profesional yang dijalankannya. Proses ini bukan sekadar lomba, tetapi latihan berpikir reflektif, membiasakan guru melihat dirinya sebagai subjek perubahan, bukan sekadar pelaksana kebijakan.

Ketika seorang guru menuliskan kisah inovasinya, ia belajar mengenali kekuatan dan nilai dari tindakannya. Saat tenaga kependidikan menata portofolio, ia meneguhkan bahwa pelayanan publik di sekolah juga bagian penting dari mutu pendidikan.
Dengan demikian, apresiasi tidak berhenti pada piagam dan panggung penghormatan, tetapi menjadi bagian dari proses belajar berkelanjutan.

Dari Sulawesi Tengah untuk Indonesia

Sulawesi Tengah adalah potret mini dari keberagaman Indonesia. Di satu sisi ada kabupaten dengan industri modern seperti Morowali; di sisi lain ada wilayah pesisir, pegunungan, dan kepulauan yang masih bergulat dengan keterbatasan. Namun di antara perbedaan itu, satu hal yang sama: semangat guru untuk terus berinovasi.

Banyak praktik baik lahir di sekolah-sekolah daerah: guru yang memanfaatkan kearifan lokal dalam pembelajaran, kepala sekolah yang memimpin dengan keteladanan, hingga tenaga administrasi yang bekerja melampaui jam tugas demi pelayanan bagi siswa.
Karya-karya seperti inilah yang sering tak terdengar, namun menjadi denyut kehidupan pendidikan di daerah.

Melalui kebijakan Apresiasi GTK 2025, pemerintah memberikan ruang agar praktik-praktik tersebut dapat tampil di panggung nasional.
Dari kabupaten dan kota di Sulawesi Tengah, kita belajar bahwa inovasi tidak selalu lahir dari pusat kebijakan, melainkan tumbuh dari ketekunan guru di kelas-kelas sederhana, dari kepala sekolah yang berjuang menjaga semangat belajar di tengah keterbatasan.
Inilah wajah sejati pendidikan Indonesia yang hidup di akar rumput.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun