Pos terakhir ini adalah tempat para pendaki berhenti untuk beristirahat. Di pos ini benar-benar bisa istirahat dengan nyaman dan damai. Suara alam yang juga disumbang oleh suara Air Terjun Ngapung di pos 4 benar-benar membebaskan energi negatif dari dalam tubuh. Rasanya seperti terlahir kembali meski kami tidak tidur di tenda.
Kami memutuskan untuk tidak mendirikan tenda lantaran hari menjelang subuh. Hanya mengeluarkan matras untuk tidur. Tas untuk bantal. Sangking lelahnya, sleeping bag tidak kami pakai.
Setengah jam berlalu, kami memutuskan untuk bangun dan bergantian mengambil air wudu dari sumber air terjun yang telah mengalir ke pipa di sebelah kanan pohon besar menuju pendakian berikutnya. Air itu pun kami manfaatkan untuk diracik dengan teh, kopi, maupun susu. Tak lupa, kami masukkan ke botol unyuk persediaan di camp area.
Untuk menuju ke camp area, kami harus melewati Tanjakan Celeng. Kalian ga salah dengar kok, guys. Alasan dinamakan Tanjakan Celeng, lantaran pendakiannya cukup menanjak, agak becek, dan tidak menyediakan tempat untuk beristirahat. Tapi, percayalah begitu melewati tanjakan tersebut, hati lega, karena sang saka yang berkibar di Puncak Puthuk Gragal, terlihat jelas di mata.
"Aku padamu Tanjakan Celeng!" seruku lalu menyanyi lagu "Semangat-semangat ok-ok" hal itu pun kemudian ditirukan yang lainnya.
Sebentar, sebentar, kami istirahat dulu ya guys mendirikan tenda eh cowo-cowo lebih tepatnya. Dua tenda pun selesai didirikan, kami pun beranjak tidur ke tenda masing-masing. Tenda sedang berwarna kuning untuk cewe dan yang kecil berwarna biru untuk cowo.
Kalian tau apa yang terjadi guys? Ternyata ada makhluk aneh bernama Mila yang katanya tidak bisa tidur di dalam tenda. "Baunya aneh," katanya dengan imbuhan "lebih baik tidur di luar."
Rasanya ingin ku berkata kasar. Seketika mitos tentang gunung di kepalaku keluar. Dan beneran dong dia tidur di luar diatas matras. Sementara Vivi sudah tidur pulas di tenda.