Mohon tunggu...
Sofia Amalia
Sofia Amalia Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Guru PAUD yang kadang nulis, kadang nganggur.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ada Dimensi Sosial di Balik Asyiknya Bermain

24 Maret 2019   08:39 Diperbarui: 24 Maret 2019   11:54 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal kecil yang kita anggap biasa saja ternyata memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah bermain. Kita  biasa menganggap bermain identik dengan anak usia dini yang memiliki tujuan untuk bersenang-senang atau sekedar seru-seruan saja. Anggapan tersebut memanglah benar adanya namun, dibalik hanya untuk sekedar bersenang-senang, ternyata bermain memiliki peran penting dalam semua aspek perkembangan, baik motorik, kognitif, sosial, dan lain sebagainya.

Saking pentingnya bermain bagi anak-anak, Komisi tinggi PBB untuk Hak Asasi  Manusia (1989) telah memperkenalkan bahwa bermain adalah hak setiap anak. Namun, seperti yang dikatakan  Ginsburg dkk., hal yang sangat disayangkan sekarang ini adalah tren untuk TK seharian penuh. Menurut mereka hal tersebut sebenarnya mengurangi waktu anak untuk bermain bebas.

Selain tren TK seharian penuh, hal lain yang juga ikut-ikutan berkontribusi  dalam membatasi waktu bermain anak adalah orang tua yang selalu over protective. Terkadang, dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan orang tua yang seperti itu. Tanpa disadari, hal tersebut justru akan mengurangi waktu anak untuk bebas bereksplorasi ketika bermain.

Terlepas dari kedua hal diatas, kita akan membahas tentang dimensi sosial dari bermain. Sebuah studi klasik di tahun 1920-an yang dilakukan oleh Mildrer B. Parten, mengidentifikasikan 6 tipe permainan anak dari yang jarang digunakan hingga yang banyak digunakan oleh masyarakat. Selain itu, dari studi tersebut juga menjelaskan ketika anak mencapai usia yang lebih tua, permainan mereka menjadi lebih bersifat sosial.

Dari 6 tipe permainan yang telah diidentifikasikan diatas diawali dengan kategori yang lebih nonsosial hingga sosial. Keenam identifikasi tersebut anatara lain perilaku kosong, perilaku pengamat, bermain mandiri sendirian, permainan paralel, permainan asosiatif, dan permainan kooperatif.

Bermain Kosong, jenis ini bisa kita lihat pada anak yang berusia dua tahun atau dibawahnya. Jika kita perhatikan dengan seksama, anak dengan tahap bermain ini, biasanya tidak ingin terlihat bermain namun, selalu memperhatikan hal-hal yang menarik baginya. Dan pada tahap ini juga, anak belum bermain dengn teman sebayanya.

Mamanatural.com
Mamanatural.com
Perilaku Pengamat, pada tahap ini anak dapat diibaratkan seperti suporter sepak bola, mereka tidak ikut bermain namun, ikut berkomentar. 

Berbeda dengan bermain kosong yang hanya memperhatikan hal menarik, pada bagian ini anak lebih memperhatikan secara keseluruhan.

Understood.org
Understood.org
Bermain Mandiri Sendirian, seperti namanya, disini anak tidak lagi memperhatikan orang lain atau hal menarik lainnya. Anak lebih sibuk dengan mainannya sendiri dan enggan bergabung dengan yang lain. Biasanya, permainan yang dimainkan berbeda dengan anak lainnya.

BBC
BBC

Permainan Paralel, bagian ini tidaklah jauh berbeda dengan bermain mandiri sendirian, anak sibuk bermain sendiri dan tidak ingin bergabung dengan orang lain. Namun, yang berbeda adalah anak bermain dengan jenis permainan yang sama, berbeda dengan sebelumnya yang jenis permainannya berbeda dengan anak yang lain. Pada bagian pertama, kedua, ketiga, dan bagian ini, lebih bersifat bermain nonsosial dikarenakan anak tidak bergabung dengan yang lainnya.

Tinytoescares.com
Tinytoescares.com
Permainan Asosiatif, pada kategori ini, anak sudah bergabung dengan anak lainnya. Mereka mulai bermain bersama, bertukaran dan meminjamkan permainan, mengikuti orang lain, dan memainkan permain yang sama ataupun yang idententik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun