Mohon tunggu...
Soesi Sastro
Soesi Sastro Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Sosial dan Lingkungan

The secret of change is to focus all energy not on fighting the OLD but on building the NEW

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Proposal Kepada Tuhan

25 Oktober 2015   13:32 Diperbarui: 25 Oktober 2015   13:38 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dampak asap akibat kebakaran lahan di beberapa propinsi di Indonesia semakin memprihatinkan. Periode 1 Juli hingga 23 Oktober 2015, jumlah penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) mencapai lebih 503.000 orang di enam provinsi terdampak asap. Jumlah penderita di masing-masing provinsi adalah  80.263 jiwa di Riau, 129.229 jiwa di Jambi, 101.333 jiwa di Sumatera Selatan, 43.477 jiwa di Kalimantan Barat, 52.142 jiwa di Kalimantan Tengah dan 97.430 jiwa di Kalimantan Selatan (www.kompas.com)

Ribuan keluarga buruh yang tinggal di dalam perumahan-perumahan perkebunan sawit di Kalteng tentunya juga terkena dampak asap, yang mungkin bukan berasal dari perusahaan mereka bekerja. Perusahaan-perusahaan perkebunan sawit misalnya yang telah berstandar sustainability mandatory ISPO atau voluntary RSPO umumnya menerapkan aturan zero burning policy. Jadi kemungkinan mereka membakar kecil sekali, karena resiko sanksi perijinan, sanksi audit tahunan dan sanksi ekonomi produknya tidak laku dijual alias blacklist pasar nasional maupun internasional.

Bencana asap juga melumpuhkan jalur-jalur penerbangan di beberapa kota. Bahkan asap juga melanglang buana sampai ke negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Philipina. Kualitas udara di negara tersebut dikabarkan juga turun.

Bagi mereka yang tidak langsung berada di lokasi pekatnya asap, mungkin tidak merasakan pedihnya mata, sesaknya bernafas bahkan pusing kepala akibat dehidrasi kurang cairan.

Upaya dilakukan Pemerintah dengan penindakan pihak yang dianggap pelaku pembakaran, minta bantuan pemadaman oleh Negara lain, membuka Rumah Sakit dan Puskesmas2 duapuluh empat jam, pemadaman api dengan melibatkan personel TNI, Polri dan petugas pemadam kebakaran. Pemerintah juga mengerahkan sejumlah helikopter untuk melakukan pemadaman lewat udara.

Presiden Jokowi (24/11/2015) bahkan melihat langsung lokasi kebakaran lahan gambut di Desa Henda, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Jokowi juga mendatangi titik api di Desa Guntung Damar, Banjar Baru dan Sambang Lihung, di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Presiden mengeluarkan instruksi agar segera dibangun kanal guna menghambat penyebaran api.

“Andai saja bapak Presiden, Menteri dan semua pejabat pusat berada di Kalteng pada saat yang sama, tidak usah lama-lama deh, seminggu saja, pasti api bisa dipadamkan. Soalnya waktu itu begitu Bapak Presiden pergi, langsung semua pergi, bubar orang-orang, lapangan sepi lagi, tinggal kami-kami ini tetap bengek” demikian kata Yanto sopir dari Parenggean Kalteng.

“Asma ibu kambuh, kami tidak sekolah, tidak ada yang antar” begitu suara keponakan dengan memelas dari Duri, Riau saat menelepon. Membuat kami semua prihatin.

Kebakaran lahan gambut beda dengan kebakaran biasa. Kebakaran gambut bisa menyebar karena tiupan angin atau karena pemadam kebakaran bekerja tidak benar. Dua hal itu dapat menyebabkan setiap bara api yang menyebar akan menjadi sumber-sumber kebakaran baru. Dengan kondisi ini maka cara-cara konvensional sulit diandalkan. Teknik pemadaman api yang efektif adalah mengerahkan pesawat bomber kapasitas 12 ton air secara terus menerus pada lokasi kebakaran atau turunnya hujan dari langit.

Hujanpun akan sulit turun kalau sinar matahari terhalang asap, sehingga partikel-partikel pembentuk awan hujan selalu gagal.

Ditengah riuhnya saling tuding, kritak-kritik UU, Perda atau aturan apapun kalau kondisinya sudah seperti sekarang ini rasanya kurang membantu. Komentator menjadi makin laris bicara di TV-TV.  Pesan-pesan diseputar group WhatsApp (WA) untuk menaruh air garam dalam baskom dan macam-macam pesan lainnya, hanya sebatas bacaan dalam group WA, bukan menjadi gerakan massif.

Saatnya Pemerintah membuat pelayanan superekstra, VIP kepada warga.  Evakuasi warga itu baik, tetapi evakuasi kalau tetap di lokasi tersebut, dipastikan ada warga yang kurang berminat, mereka memilih diam di rumah.

Rumah Sakit dan Puskesmas di daerah bencana asap dibuka 24 jam memang perlu, tetapi kalau penduduk tidak bisa berjalan menuju tempat tersebut, akan repot juga. Terpenting saat ini adalah pelayanan kesehatan jemput bola. Petugas Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas, atau mungkin dokter-dokter muda, mahasiswa kedokteran, relawan-relawan yang dahulu jumlahnya banyak itu bisa langsung ke rumah-rumah warga korban asap. Bantuan dropping kebutuhan air minum sampai ke rumah-rumah warga, karena dikuatirkan mereka dehidrasi. Bantuan masker, obat tetes mata, susu untuk anak-anak, vitamin, langsung saja ke rumah-rumah, tidak usah melalui jalur birokrasi yang berbelit-belit.

Ketika semua jurus sudah dilakukan, usaha akhir adalah menunggu diterimanya proposal kita berjudul "Tuhan, Turunkan Hujan".  Permohonan untuk segera diturunkan hujan di negeri ini. Semoga terkabul, Amin. (SOE/2015)

 

* Foto Kota Sampit Jum'at 23/10/2015 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun