Kedekatan keduanya bahkan tak bisa dikatakan sebagai "persetubuhan" karena apa yang merekatkan mereka hanya kepentingan. Romi mendekat ke Jokowi demi perahu partainya tetap dapat mengarungi ganasnya samudera politik, sedangkan Jokowi pun mendekat dengannya karena memang harus menjaga kedekatan dengan siapa saja yang mendukungnya.Â
Kira-kira begitulah kalkulasi politik sederhana. Tidak jauh-jauh dengan pandangan, bahwa apa yang paling dipentingkan dalam politik bukanlah kedekatan atau pertemanan, tetapi kepentingan.Â
Lagi-lagi, mirip halnya dengan Setnov, sebelum terjungkal dari perjalanan politiknya, ia pun sempat dekat dengan Jokowi. Terlepas jelang Pilpres 2014 lalu berseberangan, namun akhirnya mereka berdekatan, dan ending-nya adalah Setnov terpental.
Kenapa figur-figur yang sejatinya dapat dikatakan sebagai "orang kuat" tadi yang pernah di lingkaran Jokowi terpental? Ini jadi pertanyaan menarik.
Satu sisi, di sini justru kian menegaskan, bahwa Jokowi bukanlah figur yang menjalin pertemanan untuk kemudian pasang badan sebagai benteng untuk mengamankan semua teman. Tidak.Â
Justru, Jokowi memperlihatkan bukti, bahwa ia bukanlah figur yang genit hingga keluar dari perannya sebagai presiden (eksekutif). Ia tidak ingin mendikte yudikatif dan perangkat yang terkait dengan itu. Jika ada yang salah, bahkan yang terdekat atau paling kuat di dekatnya pun takkan dibentengi jika mereka memiliki masalah serius, seserius korupsi yang masih menjadi musuh bagi negeri ini.
Apakah Jokowi sosok tega? Ia rela membiarkan temannya tersandung masalah hukum?
Ini bukan cerita tentang tega atau tidak tega. Bukan juga soal rela atau tidak rela. Sepanjang seseorang memang memiliki catatan baik, sejauh ini Jokowi sudah menunjukkan sikap yang tak kalah baik. Bahkan kepada pihak yang bersikap buruk terhadapnya pun, ia acap membalas dengan baik.
Ada pengecualian, hanya ketika seseorang bersikap buruk terhadap negara. Ya, semisal cerita Setnov dan Romi tadi. Di sinilah Jokowi memilih bungkam, takkan memberikan uluran tangan untuk membuat sang teman termanjakan.Â
Baginya, pertemanan bukanlah untuk melindungi kejahatan. Ia  pun tak ingin dirinya dijadikan sebagai pelindung kejahatan. Setiap kejahatan mesti dipertanggungjawabkan sendiri oleh siapa yang sudah melakukannya.Â
Dikaitkan dengan "Revolusi Mental" yang diusung rezim Jokowi, maka apa yang terjadi atas Setnov dan belakangan atas Romi bisa dikatakan sebagai bentuk konkret dari revolusi mental tersebut.Â