Dengan segala kelebihan itu, apakah ia membayangkan sejauh apa dampak terhadap sebuah rumah sakit yang sejatinya tidak punya urusan apa-apa dengan politik dan copras-capres? Padahal, selayaknya rumah sakit, entah "cebong" atau "kampret" semua akan ditampung di sana secara setara. Semua butuh mereka.
Kenapa pula harus menyerang pihak yang tidak ada hubungannya dengan kontestasi politik?Â
Padahal jika ditilik dari sisi bahwa yang bersangkutan adalah orang yang berpengalaman di dunia militer, dan sudah menjangkau pangkat di jajaran jenderal, rasanya naif menyebutnya tidak mampu memetakan lawan dengan cukup jelas.Â
Atau, jangan-jangan sejak berkarier pun ia sudah terbiasa menghantam siapa saja tanpa memusingkan itu lawan atau bukan, dan terpenting bisa mengirim laporan sudah meluluhlantakkan lawan? Ah, semoga ini hanya praduga saya saja.Â
Walaupun jika mengulik bagaimana pihak rumah sakit saja bisa jadi sasaran--diibaratkan tembak-menembak--jangankan jenderal, kopral saja rasanya takkan mau buang-buang peluru. Ini kok bisa begini?Â
Padahal setelah pernyataan-pernyataan yang merugikan pihak lain tersebut, pihak yang tidak berdosa, ia hampir dipastikan takkan punya kesempatan untuk memulihkan nama baik sebuah rumah sakit yang sudah dinodainya. Sebab, ini sudah mendekati atau sudah memasuki 100 hari paling menentukan. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan, sebab yang mesti diprioritaskan pastilah menyelamatkan citra sendiri.Â
Sedangkan urusan citra rumah sakit tadi? Bisa jadi ini butuh uluran tangan Bunga Citra Lestari, atau bisa jadi Citra Scholastika. Yang jelas, urusan ini juga tak bisa dipulihkan hanya dengan merek lotion yang konon digemari para perjaka.***
Â