Mohon tunggu...
Aming Soedrajat
Aming Soedrajat Mohon Tunggu... Aming soedrajat

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Ramai-ramai Ikut Mendukung Kang Dedi Mulyadi (KDM)

26 April 2025   11:41 Diperbarui: 28 April 2025   15:40 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

"Nyali sama harganya dengan nyawa. Jika itu hilang, niscaya tak ada gunanya kau hidup," Ernesto Guevara Lynch de La Serna (Che Guevara), revolusioner, dokter, pengarang, pemimpin gerilya, dan diplomat.

Kalimat dari revolusioner diatas sering saya gunakan untuk menggambarkan kepemimpinan Gubernur Jawa Barat Kang Dedi (KDM) dalam menjalankan roda pemerintahan.

Sejak awal tulisan, sudah disampaikan "jangan biarkan Kang Dedi Mulyadi bertarung sendiri" untuk mengurusi persoalan di Jawa Barat. Tantangan memimpin di daerah tersebut berbeda daripada di provinsi lain.

Pertama persoalan lingkungan yang sudah rusak dan diperparah dengan di beking oleh oknum, kedua penduduk terbesar di Indonesia, ketiga provinsi dengan tujuan investasi terbesar di tanah air. Sehingga akan menyedot banyak orang dan meningkatnya premanisme, ke empat pengangguran dan kemiskinan terbesar dan sebreg persoalan lainnya.

Pergerakan Kang Dedi sangat taktis untuk mengajak pemangku kepentingan dan kebijakan di Jawa Barat untuk berada dalam kesatuan manunggal membangun dan menciptakan iklim yang baik. Seperti memperkuat hubungan kerjasama dengan TNI-Polri untuk terlibat dalam pembangunan. Termasuk, perbangkan agar lebih berpihak mendorong para pelaku ekonomi kecil agar lebih mudah mendapatkan suporting bantuan modal.

Kenapa menjadi penting untuk tidak membiarkan Kang Dedi Mulyadi berjuang sendiri, karena keberanian, pemikiran yang menggerakan langkahnya tidak seperti pemimpin daerah kebanyakan.

Kang Dedi berani mengambil keputusan tanpa melepaskan aturan yang diembannya dalam waktu cepat, berani menerobos kebiasaan lama pemerintahan yang kaku, dan kepemimpinanya tipikal eksekutor langsung apabila kehormatan masyarakatnya di injak-injak.

Termasuk, keberaniannya dalam menekan angka premanisme. Satgas Pemberantasan Premanisme yang terdiri dari Polri, TNI, polisi militer, kejaksaan, BIN Daerah, Satpol PP, dan stakeholders lain, cukup membuktikan nyalinya untuk menjaga kehormatan daerah yang dipimpinnya.

Sekarang mulai banyak yang tersadarkan dengan gaya dan arah tujuan kepemimpinan Kang Dedi. Ada yang ketar-ketir, ada yang mendekati walau pintunya salah-salah, ada yang seolah-olah mendukung agar bisnisnya bisa terus berjalan, ramai-ramai ikut mendukung Kang Dedi karena khawatir ladang bisnisnya terganggu. Sebetulnya, keberadaanya mereka bisa dikatakan bukan mendukung, tapi numpang hidup, mengisap seperti parasit.

Berhadapan dan melawan Kang Dedi secara politis memang tidak mudah, pola yang akan dimainkan dan dampak yang ditimbulkan, sudah terbaca sebelumnya. Kang Dedi ada beberapa langka didepan mereka, karena sumber informasi dan intuisinya sebagai pemimpin telah mengakar secara alami.

Hal itu disebabkan karena, Kang Dedi bukan figur yang datang tiba-tiba. Lahir dari desa, menempuh pendidikan dan matang dalam berorganisasi maupun dalam berpolitik. Jadi, sudah terbiasa membaca pola yang digunakan oleh lawan politiknya. Kematangan itulah yang akhirnya memperkuat karakter yang dibawanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun