Kemanusiaan, satu kalimat dengan makna yang sangat dalam tersebut cukup menggambarkan apa yang sedang dilakukan oleh Gubenur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi. Kemanusiaan merupakan puncak tertinggi sebagai tujuan utama peradaban umat manusia.
Kemanusiaan tidak hanya menggambarkan genosida, pembantaian besar-besaran dan kekerasan yang dilakukan oleh suatu bangsa untuk memusnahkan bangsa lain secara brutal, kemanusiaan paling sederhana adalah empati, mengasihi dan peduli terhadap orang yang sedang mengalami permasalahan.
Ajaran Siliwangi yang menjadi nafas masyarakat Sunda ( sekarang Jawa Barat dan Banten) meletakan nilai kemanusiaan sebagai tujuan utama peradaban bangsanya. Hal itu bisa terlihat dari filosofis yang diwariskan dari leluhur sampai sekarang. Silih asah, silih asih, dan silih asuh.
Filosofis tersebut kalau diartikan kedalam bahasa Indonesia bermakna saling mencerdaskan, saling mengasihi, dan saling membimbing. Kalau ditarik kedalam kontek sosial kehidupan, filosofis itu bermakna tentang persatuan, kesatuan, dan kebersamaan bangsa.
Sebelum Republik ini lahir, Sunda telah meletakan pondasi kuat untuk membangun  peradaban dan nilai kemanusiaan sebagai tujuan akhir. Ajaran Sunda memang ringan ketika dibaca, tapi berat apabila diterapkan dalam kehidupan. Alasannya karena masyarakat Jawa Barat melupakan filosofis dasar ajarannya.
Turunan operasional lainnya ajaran Siliwangi silih asah, silih asih, dan silih asuh. Yakni Nulung kanu butuh, nalang kanu susah, artinya menolong kepada orang yang membutuhkan dan membantu orang yang kesusahan. Kemanusiaan, kalau kita peras lagi kedalam satu kalimat.
Kalau kita melirik kebelakang waktu lalu, alasan kerajaan yang berdiri ditanah Sunda tidak pernah melakukan invansi, kekerasan terhadap kerajaan lain, atau penguasaan terhadap tanah-air bangsa lain, karena meletakan kemanusiaan sebagai tujuan utama kehidupan.
Berbeda dengan peradaban bangsa lain di dunia. Sebut saja Mongol, Mesir, Persia, Romawi dan perabanan besar bangsa lainnya, Â peradaban besar mereka tidak lepas dari darah dan melakukan kekerasan manusia terhadap manusia lain. Akhirnya, yang dikenal bukan nilai ajarannya, tetapi kekerasan, perang, perbudakan, peperangan dan lain sebagainya.
Ada kalimat menarik yang disampaikan oleh Tokoh Besar Nahdlatul Ulama, KH Said Aqil Siroj. Kehadiran Nabi Muhammad SAW tidak hanya membawa aqidah dan syariah saja. Tetapi, Rasulullah SAW. juga membawa peradaban, budaya, kemajuan, dan puncaknya adalah kemanusiaan.
Penjelasan tersebut menjadi penjelasan mengapa ajaran Islam masuk ke tanah Sunda dengan mudah bisa diterima oleh masyarakat tanpa pedang, tanpa perang. Karena, ada kesamaan dalam memahami tujuan dan puncak kehidupan.