Mohon tunggu...
Siti Nuzulia Regar
Siti Nuzulia Regar Mohon Tunggu... Guru - @snuzuliaregar

Lahir di Ciamis, perempuan berdarah sunda, jawa, dan batak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jaminan

10 Mei 2020   11:12 Diperbarui: 10 Mei 2020   11:27 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sungguh tidak ada yang bisa menjamin apapun yang terjadi di masa depan. Itu yang selalu aku tanamkan dalam benak terdalam. Tak terkecuali ketika dia memintaku untuk menjadi pendamping hidupnya. Tidak terbayang sedikitpun dia akan datang dan menawarkan diri untuk masuk dalam kehidupanku.

Sungguh, menikah bukan prioritas bagiku. Banyak luka yang diciptakan dari pernikahan. Sementara selebihnya kebahagiaan yang hanya pura-pura. Aku hanya memahami hal itu. Bukan hal mudah melupakan segala yang terjadi sepanjang hidupku. Perpisahan kedua orang tua, kekerasan rumah tangga yang dialami kakak pertama, dan kematian kakak kedua melalui cara bunuh diri sebab kehilangan suami yang tidak setia. Lantas, apa yang harus aku banggakan dari ikatan yang katanya direstui Tuhan?

"Apa yang bisa kamu jamin untuk saya setelah menikah denganmu?"

Dia hanya diam. Menunduk dan berpikir panjang. Tentu bukan hal mudah untuk menjawab pertanyaan yang aku lontarkan padanya. Selain Tuhan, tidak ada yang sanggup menjamin apapun perihal kehidupanku, kebahagiaan untukku.

"Apa kamu sanggup mencintai saya melebihi cinta Tuhan kepada saya?"

Dia tersenyum pasrah dan menggelengkan kepalanya. Matanya berkaca-kaca dan mencari celah jawaban atas permintaan yang terdengar sepele, tapi tidak akan bisa dipenuhi oleh siapapun di muka bumi, termasuk dia.

"Saya hanya ingin mencintaimu dan mencintai Tuhan yang ada dalam dirimu, Aira. Apakah saya salah ketika saya meyakini hal tersebut kemudian memintamu hidup bersama saya?"

Aku terhenyak mendengar pernyataannya. Sama sekali tidak terbersit dia akan berkata demikian. 

Aku akui, Fadil adalah lelaki yang baik. Sepanjang aku mengenalnya dia pemuda yang tidak lupa cara mendekatkan diri pada Tuhan. Dia memang seseorang yang sangat mengagumkan. Banyak perempuan baik yang ingin menjadi istrinya, tapi dia menolak. Dia hanya ingin bersamaku. Seseorang yang tidak sekalipun membayangkan kedatangannya. 

Cinta, aku tidak lagi ingin memahami perasaan yang satu itu. Setelah semua yang dialami orang-orang di sekitarku, aku mengerti bahwa luka paling dalam tertoreh dari orang yang paling dicintai. Sebab itu aku tak mau jatuh cinta pada siapapun. Lagipula jaminan yang kuutarakan memang tidak akan pernah sanggup diluluskan, selain Tuhan.

Dan Fadil, mungkin suatu hari nanti. Jika dia tidak lelah menunggu dan berdoa lebih panjang lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun