Mohon tunggu...
Sesilia Novenda
Sesilia Novenda Mohon Tunggu... Freelancer - Happy to have another experience

Hai! Nama saya Sesil. Saya sangat senang dan antusias terhadap pekerjaan yang dapat memberikan layanan. Itu sangat menyenangkan :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Melihat Pentingnya Pendidikan Lingkungan di Belanda

18 Mei 2017   04:26 Diperbarui: 18 Mei 2017   05:40 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para pemimpin dari dunia, kini sedang mencari cara dengan menggunakan pendidikan dan strategi komunikasi untuk menjadikan dunia menjadi lebih berkelanjutan daripada satu kemungkinan yang sedang berlangsung. Mereka sering merasa terjebak di antara instrumen (perubahan sikap) dan pembebasan (pengembangan manusia) sebagai sebuah strategi. Studi ini memberikan empat contoh kasus yang menggambarkan orientasi mengenai pendidikan lingkungan.

Pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah topik yang banyak diperbincangkan, baik dalam wilayah internasional, nasional, dan bahkan lokal di seluruh dunia. Pemerintah Belanda mempertimbangkan Environmental Education(EE) atau pendidikan lingkungan dan Learning for Sustainable Development (LSD) atau pembelajaran mengenai pembangunan berkelanjutan sebagai instrumen kebijakan komunikasi untuk mengenalkan pembangunan berkelanjutan kepada masyarakat. Sebuah studi dari Netherland Environmental Assesment Agency(MNP) menyatakan bahwa cara mengenalkan pembangunan berkelanjutan kepada masyarakat adalah dengan praktik. Sebuah proyek penelitian menyatakan bahwa terdapat tiga jenis pendidikan lingkungan : pertama, dapat diklasifikasikan sebagai predominantly instrumental atau lebih mengarah pada instrumen. Kedua, dapat dikatakan sebagai predominantly emancipatoryatau lebih mengarah pada pembebasan. Ketiga, merupakan percampuran antara jenis pertama dan kedua.

Instrumen Pendidikan Lingkungan dan Komunikasi

            Instrumen ini mengasumsikan bahwa hasil tingkah laku yang diinginkan dapat diketahui, (kurang –lebih) dipercaya, dan dapat dipengaruhi dari intervensi rancangan dengan baik. Singkatnya, adanya instrumen dalam pendidikan lingkungan dimulai dari merumuskan tujuan secara spesifik dalam kondisi yang disukai, dan menganggap “target grup” terutama sebagai “penerima” yang pasif yang membutuhkan penjelasan dengan baik terkait pemahaman tentang intervensi komunikasi memiliki efek yang banyak.

Pembebasan Pendidikan Lingkungan

            Sebuah pembebasan muncul, dengan jelas, mencoba untuk mengikutsertakan citizens dalam dialog aktif untuk menetapkan kepemilikan bersama, berbagi makna, dan sebuah kebersamaan, serta tekad diri untuk membuat perubahan seperti yang diharapkan pemerintah, akhirnya berkontribusi untuk menjadi masyarakat yang berkelanjutan. Proses pembelajaran sosial, didukung melalui metode partisipasi sudah diidentifikasi sebagai teknik apresiasi untuk menyadarkan adanya kebebasan dalam pendidikan lingkungan dan manajemen lingkungan.

            Pemerintah Belanda telah menggeneralisir kebijakan yang secara rinci memfokuskan pada pemberian ruang bagi partisipasi pembicara dalam pencarian situasi yang lebih berkelanjutan dibanding sekarang – dengan kata lain, kebijakan tidak memberikan hasil yang berhubungan dengan tingkah laku secara spesifik, tetapi aktif memberikan pengaruh dan mengizinkan memilih lebih dari satu, termasuk yang termarjinalisasi agar dapat didengar.

Percampuran Komunikasi Pendidikan Lingkungan dan Partisipasi

            Sosiologi lingkungan Belanda, Gert Spaargaren mengembangkan teori strukturasi Giddens untuk membuat sebuah model yang menghubungkan orientasi aktor dan munculnya orientasi struktur sementara. Spaargaren melakukannya dengan memasukkan praktik sosial pada pusat agen manusia yang diperantarai melalui gaya hidup. Pengaruh antara agen dan struktur merupakan gambaran luas dari praktik sosial. Model yang dikemukakan oleh Spaargaren mungkin ditujukan sebagai jembatan antara instrumen klasik, sikap terhadap lingkungan dan munculnya tingkah laku serta berbagai macam kebebasan, munculnya agen dasar. Selain itu, model ini juga mengambil peran dalam memengaruhi struktur sosial (teknologi) dalam bertingkah laku.

Metodologi dan Metode

Sebuah metodologi studi kasus telah dipilih untuk membantu kita dalam “mengungkapkan berbagai macam faktor (yang) berisi interaksi pembuatan karakter unik dari sebuah subjek studi”. Metodologi studi kasus memberikan pembelajaran mengenai contoh lengkap melalui deskripsi dan teoritikal dalam jawaban hal-hal yang dipertanyakan, dan ditujukan pada apapun yang mungkin penting untuk ditelusuri dalam situasi tertentu.

Empat Kasus yang dipakai dalam Pertimbangan Pendidikan Lingkungan

  • Kasus 1 – “Kampanye Mengadopsi Seekor Ayam” (Instrumen)
  • Kasus ini mengajak warga untuk mengadopsi seekor ayam. Kampanye bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mendukung peternakan ayam organik. Dalam proses pertukaran, adopter ayam akan diberikan bukti berupa telur, yang dapat ditukarkan dengan eco-eggs di toko organik. Mereka juga diberikan akses untuk hiburan dan informasi melalui website dan dapat mengajak keluarga untuk berkunjung ke peternakan organik. Kampanye ini dapat dikatakan kampanye pemerintah yang besar untuk meningkatkan kepemilikan pasar dari konsumsi makanan organik di Belanda menjadi 10% pada tahun 2010.
  • Kampanye ini merupakan kampanye non-profit. Mudahnya ajakan dari kampanye ini, membuat banyak warga yang tertarik untuk mengikuti. Kemudian faktor lain dari kesuksesan kontribusi kampanye ini adalah terjadi krisis pangan organik dan banyak diperhatikan oleh media.
  • Kasus 2 – “Membuat Daerah Urban Berkelanjutan” (Pembebasan)
  • Proyek ini berfokus pada tujuan umum tercapainya keberlanjutan yang baik dan meningkatkan kualitas hidup dalam daerah urban. Selama proyek ini berjalan, detail aktivitas yang muncul merupakan rancangan yang melalui konsultasi dengan penduduk dan pimpinan lain. Adanya proyek ini diberikan untuk mengikutsertakan penduduk dari beberapa daerah di kota Rotterdam dan The Hague dalam usaha bekerjasama untuk memperbaiki keberlanjutan sebuah daerah, dan untuk mengembangkan sebuah metode untuk mencapai proyek keberlanjutan dengan partisipasi penduduk.
  • Kampanye ini diikat berdasarkan persepsi, gaya hidup, dan ketertarikan penduduk, yang distimulus untuk turut serta dan berbagi tanggungjawab untuk kampanye merupakan faktor penting kesuksesan proyek ini. Aspek penting lain dalam mencapai keterlibatan penduduk adalah membentuk kepercayaan, transparansi, dan janji jangka pendek (member gambaran). Faktor utamanya adalah dukungan publik dan kelancaran, merupakan jaringan kerja antara penduduk dan keterlibatan bagian lain ketika sebelum dan selama proyek berjalan.
  • Kasus 3 – “Den Haneker” (Campuran)
  • Den Hanekermerupakan asosiasi agri-environmentalyang tujuan utamanya dari kampanye ini adalah konservasi dan manajemen elemen bentang alam dalam area pertanian. Asosiasi ini telah memiliki lebih dari 1.000 anggota  dan sudah lebih dari setahun menangani diskusi pengaruh perencanaan penggunaan lahan pedesaan. Kesuksesan asosiasi ini ditunjukkan dengan :
  • Sikap proaktif daripada bertahan.
  • Permohonan luas, yang menunjukkan representasi masyarakat luas, pertanian, dan komunitas bisnis di antara anggota.
  • Dukungan yang ada diberikan kepada anggota.
  • Beberapa informasi bagus dan sangat memotivasi anggota yang mendorong anggota lainnya dan menjamin ketersediaan pengetahuan yang terus diperbaharui dalam asosiasi.
  • Kasus 4 – Sebuah Cerita Daerah Heuvelrug (Campuran)
  • Tujuan dari proyek ini adalah membuat jalan ramah lingkungan antara beberapa area alam di daerah Utrechtse Heuvelrug(bagian ‘hilly’ dari propinsi Utrecht di tengah negara Belanda), contohnya dengan membangun jembatan penyeberangan hijau yang melintasi jalur utama. Proses antardaerah ini hanya dapat tercapai jika terbentuk kesadaran, kerjasama, dan dukungan antara semua pemimpin di daerah tersebut. Keberhasilan proyek ini ditunjukkan dengan :
  • Kerjasama konstruksi antara delapan organisasi dalam mengembangkan subproyek.
  • Ketersediaan informasi yang sangat baik.
  • Usaha manajemen proyek dalam memberikan target kelompok secara individu.
  • Pertimbangan perhatian media.
  • Hasil dan Kesimpulan
  • Dari seluruh dunia, pendidikan lingkungan (EE) dan pimpinan pendidikan pengembangan keberlanjutan (ESD), sebagai praktisi mereka mencari cara untuk menggunakan pendidikan dan komunikasi strategis untuk menciptakan dunia yang lebih dapat berlanjut daripada yang sekarang terjadi. Selanjutnya, EE dan pemimpin ESD, pertama-tama butuh mendapatkan rasa akan perubahan kompetisi yang dipertaruhkan dan butuh untuk melakukan konsultasi dengan yang lainnya.
  • Sumber :
  • Kroon, Sandra van der dkk. (2008). All mixed up? Instrumental and emancipator learning toward a more sustainable world: considerations for EE policymakers. Journal of applied environmental education and communication, no. 7, 55-65.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun