Mohon tunggu...
Syaiful Mansyur
Syaiful Mansyur Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi dan Praktisi

Bagi otak manusia Jawaban apa pun lebih baik, daripada tidak ada jawaban..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita yang Serba Instan

28 Maret 2018   15:57 Diperbarui: 28 Maret 2018   16:14 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tipe & karakter alami manusia adalah menginginkan sesuatu yang mudah dan instan, terburu-buru dan kebanyakan enggan melewati sebuah proses. Padahal mestinya proses adalah pembentukan diri yang akan berbuah pengalaman, dimana pengalaman adalah merupakan suatu situasi yang sangat mahal harganya dan bahkan tidak dapat dinilai dengan uang. Pengalaman juga menghasilkan suatu naluri dan akan mempertajam insting yang tentu saja sangat bermanfaat saat dalam kondisi atau situasi tertentu. 

Pada era modern saat ini, yang biasa disebut era 4.0 oleh para ahli. Kemudahan akan segala sesuatu. Misalnya dengan teknologi terkini, kita tidak perlu lagi melakukan transaksi belanja di toko fisik, cukup dengan melalui suatu aplikasi belanja online.,segala kebutuhan kita dapat terpenuhi. Hal-hal yang memudahkan seperti ini mengakibatkan dukungan terhadap tipe dan karakter alami manusia semakin tersalurkan.

Jika kita menolak kemudahan yang diberikan oleh teknologi, ini sama saja dengan menjatuhkan diri kita pada situasi jebakan zaman, yaiti kondisi dimana kita memerlukan teknologi tetapi enggan digunakan, hal ini bisa saja terjadi karena kita beranggapan menggunakan teknologi tersebut berarti kita mengeluarkan dana yang tidak sedikit, atau teknologi tersebut susah digunakan.

Padahal ini sangat erat kaitannya dengan ungkapan struggle for existence, berjuang untuk melek teknologi. Saat ini kita mengalami lompatan teknologi yang luar biasa cepat dan tidak dapat kita tolak, semakin hari teknologi selalu menampilkan hal-hal baru. Namun jangan lupakan reversi, saat perang dunia pertama alat tempur khususnya tank kabarnya menggunakan bahan bakar biomass sebagai sumber energi untuk menggerakkan alat tempur tersebut.

Dengan membakar biomass akan menghasilkan panas/steam yang dapat menggerakkan turbin penggerak roda tank, namun saat itu masih belum efisien. Kini tank modern menggunakan diesel atau gas sebagai bahan bakarnya. Menurut hipotesa saya, beberapa saat yang akan datang teknologi biomass sebagai bahan bakar kendaraan tempur khususnya tank akan kembali digunakan. Namun dengan rekayasa teknologi tinggi agar menghasilkan efisiensi yang besar setara dengan diesel atau gas. 

Teknologi yang semakin memudahkan dan memanjakan kita, bisa saja menjadi bumerang terhadap naluti kita yang menginginkan semua serba instan. Parlu diketahui, penemuan teknologi tidak ditemukan begitu saja, namun melalui proses yang berkesinambungan oleh para ahli. Oleh karena itu, kita sebagai manusia perlu melakukan pembelajaran terhadap proses penemuan teknologi. Artinya, tidak ada penemuan yang instan, melainkan ada proses yang tersistematis didalamnya, dirancang dan direncanakan sedemikan rupa. Proses ini yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita, agar tidak terlena  dengan kehidupan instan.

Syaiful Mansyur

Founder charcoalcenter.org 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun