OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, mengumumkan rencana ambisius untuk menghadirkan sebuah platform perekrutan yang sepenuhnya digerakkan oleh kecerdasan buatan. Pengumuman yang disampaikan 4 September 2025 ini memperlihatkan bagaimana raksasa AI tersebut siap memasuki ranah yang selama ini dikuasai LinkedIn.Â
Platform yang diberi nama sementara OpenAI Jobs Platform dijadwalkan meluncur pertengahan 2026 dan ditujukan untuk menghubungkan perusahaan dengan calon pekerja melalui proses pencocokan yang jauh lebih presisi berkat pemodelan data yang mendalam.
Dalam pernyataannya, Fidji Simo---CEO bidang Aplikasi OpenAI---menyebutkan bahwa layanan baru ini tidak hanya menyasar korporasi besar, tetapi juga usaha kecil dan menengah (UKM) serta instansi pemerintah lokal. Strategi tersebut merefleksikan kesadaran bahwa transformasi digital dan kebutuhan akan talenta teknologi tidak hanya terjadi di perusahaan raksasa.Â
Dengan memfasilitasi UKM, OpenAI sekaligus membuka peluang pemerataan akses ke sumber daya manusia berkualitas. Bagi sektor publik, keberadaan platform ini diharapkan mempercepat penempatan pegawai yang memiliki kompetensi teknologi, sehingga mendukung agenda modernisasi birokrasi.
Langkah OpenAI jelas menantang dominasi LinkedIn yang kini berada di bawah payung Microsoft. sebuah perusahaan yang ironisnya juga menjadi investor utama OpenAI.Â
LinkedIn selama ini menguasai jejaring profesional dengan ratusan juta pengguna, bahkan telah mengintegrasikan fitur AI untuk membantu perekrut menemukan kandidat dengan lebih efisien. Pertarungan antara dua ekosistem yang saling terkait ini menarik perhatian banyak analis pasar.Â
Menurut laporan Statista (2025), segmen perangkat lunak perekrutan berbasis AI diproyeksikan tumbuh lebih dari 20% per tahun, mengindikasikan ruang kompetisi yang besar bagi pemain baru yang mampu menghadirkan diferensiasi.
Sebagai bagian dari ekosistem, OpenAI juga tengah menyiapkan program sertifikasi melalui OpenAI Academy yang akan dipilotkan akhir 2025. Sertifikasi ini memberi peluang bagi individu untuk memvalidasi keterampilan mereka di bidang kecerdasan buatan, manajemen data, maupun literasi teknologi lain yang sedang naik daun.Â
Talent pool bersertifikat tersebut dapat dihubungkan langsung dengan Jobs Platform, menciptakan rantai nilai baru: belajar, tersertifikasi, lalu direkrut. Pendekatan ini sejalan dengan kecenderungan global menuju credentialing digital yang lebih fleksibel ketimbang gelar akademik konvensional.
Kajian akademis mengenai penerapan AI di perekrutan menunjukkan potensi efisiensi yang signifikan. Misalnya, penelitian yang dipublikasikan di Journal of Applied Psychology (2024) menemukan bahwa algoritme seleksi berbasis machine learning mampu memangkas waktu proses rekrutmen rata-rata 30--50% tanpa mengurangi kualitas penempatan.Â