Film live-action "Lilo and Stitch" (2025) telah mencatatkan kesuksesan luar biasa di box office, menandai titik balik bagi strategi remake Disney. Dirilis pada 23 Mei 2025, film ini meraih pendapatan global sebesar $341,7 juta atau setara dengan Rp5,47 triliun dalam akhir pekan Memorial Day, melampaui rekor sebelumnya yang dipegang oleh Top Gun: Maverick.
Kesuksesan ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk strategi pemasaran yang efektif dan pemilihan waktu rilis yang tepat. Trailer film ini mencatat 158 juta penayangan dalam 24 jam pertama, menjadikannya trailer live-action Disney paling banyak ditonton kedua sepanjang masa setelah The Lion King .
Pemeran utama film ini, Maia Kealoha, seorang pendatang baru berusia tujuh tahun asal Hawaii, memerankan Lilo. Pemilihan Kealoha mencerminkan komitmen Disney terhadap representasi budaya yang otentik, dengan sebagian besar pemeran berasal dari komunitas Hawaii dan Polinesia .
Sutradara Dean Fleischer Camp menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara menghormati elemen ikonik dari film animasi 2002 dan memodernisasi cerita untuk penonton masa kini . Pendekatan ini berhasil menarik perhatian penonton lintas generasi.
Namun, film ini tidak lepas dari kritik. Beberapa penggemar menyoroti perubahan karakter Jumba dan Pleakley, yang dalam versi animasi adalah alien dengan penyamaran manusia, namun dalam versi live-action lebih sering tampil sebagai manusia, mengurangi elemen humor dari penyamaran mereka .
Meskipun demikian, film ini mendapat respons positif dari penonton. Survei CinemaScore memberikan nilai rata-rata "A", dan 90% responden PostTrak memberikan skor positif, dengan 81% menyatakan akan merekomendasikan film ini kepada orang lain .
Kesuksesan Lilo & Stitch juga menunjukkan bahwa penonton mencari cerita yang lebih intim dan emosional. Berbeda dengan remake Disney sebelumnya yang berfokus pada kisah epik, film ini menawarkan narasi yang lebih personal tentang keluarga dan penerimaan, yang resonan dengan banyak penonton .
Selain itu, film ini menunjukkan bahwa pendekatan yang lebih otentik terhadap budaya lokal dapat meningkatkan daya tarik film. Dengan latar Hawaii yang kuat dan representasi budaya yang akurat, film ini berhasil membangun koneksi yang lebih dalam dengan penonton .
Pencapaian ini juga berdampak pada strategi Disney ke depan. Setelah kegagalan beberapa remake sebelumnya, seperti Snow White, Disney kini mempertimbangkan untuk lebih selektif dalam memilih proyek remake, dengan fokus pada cerita yang memiliki resonansi emosional dan relevansi budaya .
Dengan keberhasilan ini, Disney telah mengonfirmasi bahwa sekuel dari Lilo & Stitch sedang dalam pertimbangan, mengingat potensi cerita yang masih bisa dikembangkan dari dunia yang telah dibangun .
Secara keseluruhan, Lilo & Stitch (2025) telah membuktikan, dengan pendekatan yang tepat, remake live-action dapat berhasil di box office dan diterima dengan baik oleh penonton. Film ini menjadi contoh bagaimana kombinasi antara nostalgia, representasi budaya yang otentik, dan cerita yang emosional dapat menciptakan pengalaman sinematik yang memuaskan.
Keberhasilan ini juga memberikan harapan bagi proyek-proyek remake lainnya yang sedang dalam pengembangan, seperti Moana, Hercules, dan Bambi, untuk mengikuti jejak Lilo & Stitch dalam menghadirkan cerita yang relevan dan menyentuh hati penonton masa kini.
Film Lilo and  Stitch (2025) tidak hanya sukses secara komersial. Ia juga menetapkan standar baru bagi remake live-action Disney, sekaligus menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, cerita klasik dapat dihidupkan kembali dengan cara yang segar dan bermakna.
Film ini saat ini masih tayang di bioskop, dan versi animasi aslinya bersama sekuel-sekuelnya tersedia untuk streaming di Disney+. ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI