Bila maunya hanya mengambil, siapa yang akan memberi? Kapan akan terpikir berbuat memberi dan berbagi, bila maunya hanya memanfaatkan dan menerima?
(Supartono JW.31102023)
Saat seseorang berpikir dan meniatkan untuk melakukan perbuatan sebagai bukti rasa bersyukur, rasa berterima kasih, membalas budi, atas dukungan, bantuan, kebaikan yang dilakukan oleh orang lain/pihak lain, lalu merealisasikan niat itu dalam wujud sikap dan perbuatan, maka hal itu membuktikan bahwa yang bersangkutan cerdas intelektual, cerdas personality, kaya pikiran, serta kaya hati.
Juga tanda bahwa dia dapat digolongkan sudah menjadi manusia sebagai makhluk terdidik, makhluk beragama, makhluk sosial, makhluk beretika, beradab, dan berbudaya.
Fakta terkini
Di dunia politik, rakyat Indonesia kini sedang menjadi saksi pertunjukkan drama para elite yang seharusnya menjadi teladan dan dapat diteladani. Tetapi drama yang mereka pertunjukkan justru jauh dari sikap dan perbuatan manusia sebagai makhluk terdidik, makhluk beragama, makhluk sosial, makhluk beretika, beradab, dan berbudaya.
Di sekeliling kita, juga mudah sekali kita temukan manusia yang tidak memiliki rasa bersyukur, tidak pandai berterima kasih, tidak tahu membalas budi. Meski dalam kehidupan nyata sudah terdidik, nampak kuat dalam kehidupan beragama. Namun, jauh dari sosok manusia sebagai makhluk sosial, Â beretika, beradab, dan berbudaya.
Menyedihkan, demi ambisi dan kepentingan-kepentingan duniawi, orang-orang terdidik malah tidak malu memerankan tokoh sebagai aktor yang jauh dari manusia sebagai makhluk terdidik, makhluk beragama, makhluk sosial, makhluk beretika, beradab, dan berbudaya.
Miskin intelegensi, personality. Miskin pikiran dan hati. Tidak punya muka, etika, Â dengan tetap menjadi manusia yang tidak memiliki rasa bersyukur, tidak pandai berterima kasih, tidak tahu membalas budi.Â
Saya, kita, masuk kategori manusia. Pertanyaannya, sudahkan saya, kita, benar-benar sudah memahami hakikat manusia. Memahami apa itu manusia sebagai makhluk terdidik, makhluk beragama, makhluk sosial, makhluk beretika, beradab, dan berbudaya.
Bila memahami, tentu tidak akan terpikir maunya hanya mengambil. Tetapi akan terpikir berbuat memberi dan berbagi, tidak memanfaatkan situasi, kondisi, dan tidak menerima yang bukan haknya.