Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inisiatif, Cermin Banyak Akal, Cerdas Pikiran, dan Hati (Perasaan)

29 Juli 2023   18:51 Diperbarui: 29 Juli 2023   19:10 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Supartono JW


Orang yang benar dekat dan menghargai kita, tidak akan pernah hilang inisiatifnya dalam berkomunikasi menjaga silaturahmi. Sikapnya sama-sama saling dibutuhkan atau membutuhkan. Sebab banyak akal (resourceful), pondasinya cerdas iman, intelegensi, dan personality, memiliki kesadaran diri menggunakan pikirannya untuk selalu berbuat inisiatif.

(Supartono JW.29072023)

Kesal tidak sih? Kerja, pikiran, tenaga, sudah ke luar. Keringat sudah kering, upah/honor belum dibayar? Siapa yang seharusnya inisiatif? Apa yang diminta bekerja? Atau yang memberi pekerjaan?

Kesal tidak sih? Katanya saling membutuhkan, saling sayang, saling percaya, mau membantu,  tetapi sangat terbatas usaha untuk membuka komunikasi. Tidak pernah lahir inisiatif membuka komunikasi?

Kesal tidak sih? Sama-sama dalam satu rumah/kelompok olah raga/RT/RW, tetapi menyoal sampah dll tidak ada yang inisiatif memulai membantu membersihkan?

Kesal tidak sih? BuzerRp masih berseliweran setiap detik ngetwitt, tetapi yang seharusnya menertibkan, malah seolah tidak nampak inisiatifnya untuk membasmi buzzer? 

Kesal tidak sih? Menemukan berbagai persoalan yang jauh dari sentuhan inisiatif orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Seharusnya, jawabnya kesal. Tetapi, pemimpin di negeri ini, nampaknya tidak kesal karena rakyat Indonesia masih miskin inisiatif karena terpuruknya pendidikan di rumah dan sekolah/rumah.

Bila saya, kita merasa lebih hebat, lebih pintar, lebih mampu, lebih superior, lebih tinggi martabatnya, sombong, dll. Biasanya sikap inisiatif akan jauh dari diri saya atau diri kita. Akan berposisi sebagai orang yang dibutuhkan. Sehingga, untuk berbuat inisiatlf dalam komunikasi atau sikap yang familiar, akan jauh panggang dari api.

Mengapa dalam kehidupan nyata, sikap yang demikian justru semakin mengakar dan mendarah daging? Miskinnya keteladanan dan kegagalan pendidikan karakter adalah di antara penyebabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun