Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Presiden Meminta Masyarakat Hidup Berdampingan dengan Corona yang Alami atau Konspirasi?

7 Mei 2020   20:44 Diperbarui: 7 Mei 2020   20:50 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: CNN Indonesia

Dalam satu dua hari ini, di media sosial, beredar informasi cukup deras baik dalam bentuk tulisan pribadi, artikel, maupun tayangan video, bahwa corona memang benar-benar hasil dari konspirasi tingkat tinggi strategi penguasaan ekonomi dunia oleh pihak tertentu. 

Untuk melancarkan aksi konspirasi dan demi suksesnya tujuan kospirasi, maka alat utamanya adalah media massa dan media sosial demi menyerang otak masyarakat dunia bahwa virus corona benar-benar berbahaya. 

Kemudian menjadi alat penyebar berita dan informasi tentang ganasnya corona yang terus menyerang korbannya, akibatnya pasien meninggal dunia. Tujuan konspirasi adalah kembali menguasai ekonomi dunia, hingga ada cita-cita untuk mewujudkan lahirnya satu mata uang dunia. 

Selanjutnya, pemberitaan dan informasi tentang corona memang akhirnya direkayasa seolah corona yang sangat ganas ini, benar-benar akan terus menyebar bila di setiap negara tidak melakukan tindakan lockdown. 

Beredar pula berita alat rapid test dari satu negara malah menjadikan korban menjadi positif, namun saat dites dengan PCR negatif. Berikutnya ada dialog interaktif stasiun televisi dengan seorang musisi, sangat nampak, sang musisi tak percaya pada corona, dan sangat yakin ini settingan dan konspirasi, meski sang pembawa acara menyebut bahwa media dan jurnalis menyajikan berita berdasarkan fakta dan data, bukan settingan. 

Sebelum hal tersebut kembali mengemuka, sejatinya masyarakat dunia juga sudah banyak yang berprasangka, bila corona bukan virus alami, tapi aslinya buatan. 


Namun, dari semua berita tersebut, memang harus diakui, media massa dan media sosial memang sangat efektif menjadi senjata yang terus "menggoreng" pola berpikir masyarakat. 

Hal ini menjadi setali tiga uang, karena berbagai prasangka tentang fakta virus corona ini memang masih belum ada yang membuktikan bahwa virus apakah alami atau buatan. 

Bagi masyarakat dunia yang menganggap corona adalah buatan, maka tuduhan adanya konspirasi menjadi benar. Sebaliknya, bila nanti ditemukan bukti corona adalah virus alami, maka konspirasi tak terbukti. Selain itu, hingga kini, meski berbagai negara telah melakukan uji coba pembuatan vaksin anti corona, tetap saja belum ada yang tercatat menjadi penemu vaksin yang valid. 

Kendati, atas semua informasi dan pemberitaan yang saling kontradiksi menyoal corona apa nyata atau konspirasi, faktanya, para pahlawan yang menjadi ujung tombak perawatan pasien corona, para petugas medis pun sudah turut berguguran, dari korban pertama, hingga kini, pasien terus meningkat walau upaya pencegahan sudah sampai titik PSBB dan pelarangan mudik Lebaran. Tetap belajar, bekerja, dan beribadah di rumah, serta menjaga jarak, memakai masker, pembatasan moda transportasi, hingga usaha sektor infornal dan formal pun mati suri. 

Sampai-sampai Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan warga Indonesia untuk bisa hidup berdampingan dengan virus corona atau Covid-19. Presiden juga mengatakan hingga vaksin belum ditemukan, maka tak ada acuan bahwa virus corona benar-benar berhenti menyebar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun