Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Beri Kesempatan Shin Tae-yong Membentuk Timnas dengan Caranya!

24 Februari 2020   10:25 Diperbarui: 24 Februari 2020   10:33 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Indosport.com

Karennya, dari hasil pantauan selama latihan, Shin mengatakan 34 pemain yang dipanggil tak semuanya layak berada di Timnas, karena tak sesuai kriteria yang ditetapkannya, sesuai argumen yang disampaikan sebagai berikut yang viral dan tayang di berbagai media massa nasional. 

"Saya tidak bisa bilang (berapa persen) tapi hanya beberapa pemain yang memang bagus dan cocok, karena kami memang selama ini latihan fisik saja," katanya. 

Selanjutnya Shin juga mengungkapkan bahwa apa yang dilakukannya di TC baru menyoal fisik saja. "Paginya latihan beban, dan sorenya latihan fisik jadi mereka sangat capek. Jadi tidak bisa menunjukkan kemampuan maksimal," tambah Shin. 

Atas peristiwa dan apa yang melingkupi serta melatarbelakangi semua hal dalam TC dua timnas, maka wajib menjadi pelajaran bagi PSSI. 

Pertama, jangan pernah mengulang budaya yang sama untuk pemilihan pemain nasional di semua kelompok umur, dengan cara-cara "titipan" atau "masukan" dari berbagai pihak. 

Biarkan pelatih timnas menentukan pemain sesuai pilihannya saat melihat aksi pemain dalam kompetisi. Sudah bukan rahasia lagi, dalam berbagai kelompok usia, di sepak bola nasional, dari bukan memilih pemain untuk timnas hingga pemain untuk timnas, yang berperan adalah pemandu bakat. 

Nah, pemandu bakat ini, juga sering tidak obyektif memilih pemain, karena sudah ada pesanan dari pihak berkepentingan demi si A, si B masuk tim. Sementara pemain yang memiliki kualitas justru disingkirkan tak masuk tim. 

Ini cerita klasik, namun menjadi tradisi di sepak bola nasional, mulai dari akar rumput hingga timnas senior.

 Kedua, jangan memaksakan diri melakukan program TC, sementara tidak ada kesempatan pelatih menyaksikan sendiri pemain berlaga di sebuah kompetisi. Jadi, apa yang telah dilakukan oleh Shin dalam dua TC timnas menjadi prematur dan terkesan sia-sia.

Kendati apa yang akhirnya dilakukan oleh Shin secara profesional, menjadikan kita terbuka mata. Inilah borok PSSI selama ini dalam soal merekrut pemain timnas dan memaksakan pelatih mengikuti kehendaknya. 

Bukalah mata dan hati, PSSI. Apa kata Shin tentang teknik dasar pemain timnas senior yang di pilih Anda? Bukankah ini memalukan? Coba tengok bagaimana pembinaan dan pelatihan sepak bola di Indonesia? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun