"Resensi Novel Rumah Tanpa Jendela"
Judul : Rumah tanpa jendela
Penulis : Asma Nadia
Penerbit : Republika
Tahun Terbit : 2017
Jumlah Halaman : 209Â
Sinopsis: "Bukan ukuran rumah atau ukuran taman di belakang pagar rendah yang menarik perhatian Rara, tetapi pot-pot cantik di depan jendela besar rumah itu. Rara belum pernah melihat jendela seindah itu." Rara bisa bermimpi. Ibu dan Ayah harus tahu. "
Kelebihan:
* Ada kata-kata pengantar yang menyenangkan untuk anak-anak dan memiliki makna yang dalam
* Konflik didasarkan pada kehidupan nyata sehari-hari, sehingga pembaca merasa seperti mereka benar-benar memahami apa yang mereka rasakan.
* Banyak nasihat dan kalimat inspirasi
Kekurangan:
* Ceritanya agak terputus-putus dan membingungkan pembaca.
* Memiliki karakter Bude Asih tidak terlalu penting.
Kajian singkat:
 Novel "Rumah Tanpa Jendela" bercerita tentang seorang gadis berusia delapan tahun bernama Rara. Rara menginginkan jendela. Karena jendela memberikan sirkulasi udara yang lancar bagi penghuni rumah dan menghemat listrik di siang hari. Namun, tidak ada rumah berjendela di Desa Rara. Rumah ditepi tong sampah yang bersebelahan dengan kuburan itu hanya dilapisi triplek tipis yang mereka buat sendiri. Tidak mudah bagi Rara untuk memimpikan jendela. Karena ayahnya yang seorang pemulung tidak mampu membelinya dan untuk makanpun sulit. Namun Rara selalu ingat kata-kata ibunya bahwa mimpi bisa menjadi kenyataan melalui doa. Mungkin tidak dalam waktu dekat, karena mungkin masih ada doa yang lebih penting daripada yang kita inginkan saat ini. Rara yang berusia 8 tahun memiliki kehidupan yang penuh tantangan. Dari ibunya yang sekarat karena pendarahan saat hamil hingga ayahnya yang meninggal dalam kebakaran rumah, Rara harus menghadapi kenyataan bahwa orang yang dicintainya meninggalkannya. Kehidupan seperti apa yang Rara jalani setelah itu?Mimpi sederhana itu ternyata sangat dibalas dengan kepergian orang yang dicintainya, dan semua ini di luar perkiraan Rara.
 Setelah semua kejadian yang terjadi, akhinya Rara perlahan bangkit dibantu oleh teman-teman dan Si mbok. Impian Rara mempunyai rumah yang ada jendelanya tercapai walaupun tidak besar, tapi Rara bersyukur bisa melihat sinar matahari ketika ia bangun tidur dipagi hari.
Teori Pendekatan Sosiologi
Konteks sosial Rumah Tanpa Jandela menggambarkan pola kehidupan masyarakat yang terpinggirkan di kawasan kumuh permukiman Jakarta. Penghuni kawasan kumuh perkotaan berasal dari keluarga miskin. Hal ini terlihat dari kebiasaan masyarakat pinggiran kota untuk memulai hari dan mengisi sampah setiap hari (Nadia, 2011). Hal ini tercermin dari kondisi rumah mereka yang berdinding triplek segi empat asimetris(Nadia, 2011), bagaimana mereka menghabiskan waktu luangnya, dari sudut pandang berpenghasilan rendah. Keluarga disfungsional yang digambarkan dalam novel Rumah Tanpa Jandela biasanya menghabiskan waktu luangnya untuk memilah tumpukan sampah (Nadia,2011).Â
Hal ini juga tercermin dalam sistem kekerabatan yang mapan dan cara hidup yang masih berpegang teguh pada sistem gotong royong (anyaman kusut dan pola hidup individualistis jarang terjadi). Terbukti dengan peran ibu yang masih mengontrol pengasuhan anak(Nadia, 2011).Â
Berdasarkan keyakinannya bahwa masyarakat yang terpinggirkan, masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi digambarkan dalam novel Ruma Tanpa Jendela, dia masih memegang teguh ajaran agamanya dan menghadapi semua cobaan hidup. berdoa kepada Sang Pencipta(Nadia, 2011). Hal ini tercermin dari kemandirian anak. Keluarga kurang mampu yang digambarkan dalam novel Rumah Tanpa Jendela ditanamkan rasa kemandirian sejak dini, dan kemandirian mereka diwujudkan dalam pertunjukan jalanan, menggulung payung dan mengelap mobil di persimpangan jalan, serta dalam upaya mencari pengeluaran tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. (Nadia, 2011).