Mohon tunggu...
Siti Nurhaliza S.
Siti Nurhaliza S. Mohon Tunggu... mahasiswi ilmu komunikasi universitas islam negeri sunan kalijaga | 24107030149

give a friendly hello to the beginner blogger!!

Selanjutnya

Tutup

Worklife

MatchaTi: Matcha ala Jogja yang Lahir dari Kegigihan dan Inovasi

10 Juni 2025   11:24 Diperbarui: 10 Juni 2025   11:24 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana MatchaTi saat pesanan ramai. Para crew cekatan meracik minuman, termasuk varian matcha dan teh Thailand yang jadi andalan. (Doc Pribadi)

MatchaTi, Matcha ala Jogja yang Lahir dari Kegigihan dan Inovasi

Pada tahun 2016, Ade---sang owner---memulai usaha dengan menjual minuman cokelat. Namun, usaha ini gagal karena berbagai faktor eksternal. Dari pengalaman sebagai sales di distributor makanan, Ade kemudian berkenalan dengan matcha (green tea powder). Saat itu, belum banyak yang fokus menjual matcha, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk berjualan minuman berbahan matcha dan teh hijau ala Thailand, meski masih memakai matcha dari China.

Setelah dua tahun perjalanan (hingga 2018), MatchaTi makin mantap memilih matcha sebagai produk utama. Kenapa matcha? Karena belum banyak pesaing yang serius dan pelanggan mulai tertarik dengan keunikan rasanya---gabungan pahit lembut dan aroma khas green tea. Sejak saat itu, MatchaTi benar-benar fokus mengeksplorasi berbagai varian matcha.

Ciri Khas MatchaTi: Fokus, Fokus, Fokus

Kenapa MatchaTi beda dari tempat matcha lainnya? Karena mereka benar-benar fokus---100%---pada matcha. Meski sebenarnya juga punya varian non-matcha (untuk menjangkau pelanggan yang belum siap coba matcha), tetapi semua inovasi rasa dan menu diposisikan di matcha.

Kelebihan lain: mereka import close-to-premium matcha (berasal dari Kyoto, Jepang), tapi olahan dan racikannya "dijual lokal", menjadikannya unik di pasaran.

Suasana MatchaTi saat pesanan ramai. Para crew cekatan meracik minuman, termasuk varian matcha dan teh Thailand yang jadi andalan. (Doc Pribadi)
Suasana MatchaTi saat pesanan ramai. Para crew cekatan meracik minuman, termasuk varian matcha dan teh Thailand yang jadi andalan. (Doc Pribadi)

Siapa Target Pelanggan MatchaTi?

Target utama mereka adalah mahasiswa berusia 18--25 tahun---generasi milenial sampai Gen Z yang ramah dengan tren dan klasik. Target sekunder: penikmat matcha usia 25--35 tahun. Anak-anak di bawah 18 bukan prioritas karena matcha cenderung punya rasa pahit ringan yang butuh adaptasi.

Dengan strategi ini, mereka efektif menjangkau pasar muda yang butuh kafe friendly dan rasa inovatif, sekaligus menarik pelanggan dewasa yang mulai mencari kualitas rasa matcha premium.

Beban Terberat: Kelola SDM di Tengah Minimnya Sistem

Menurut cerita dari Ade, tantangan utama bukanlah persaingan---tetapi SDM. Mulai dari pra-training hingga pasca-training, menjaga standar racikan matcha dan pelayanan jadi tantangan besar. Belum lagi tingginya turnover, longgar jadwal, dan karakternya mahasiswa. Semua ini menuntut SOP yang kuat dan pendampingan konsisten.

Meski persaingan di minuman kekinian ramai, MatchaTi justru melihatnya sebagai wajar. "Banyak yang bersaing, tinggal bagaimana sikap kita," kata Ade---mengambil sisi positif untuk terus belajar dan berbenah. Prinsip mereka: "Meniru yang baik, lalu memodifikasi jadi versi kita."

Tantangan Persaingan: Belajar, Bukan Seberapa Curang

Bersaing di industri minuman---terutama matcha---banyak kendaraan lobby seperti influencer marketing dan bundle deals. Tapi MatchaTi menggunakan strategi dewasa: belajar dari pesaing, lalu memperkuat konsep mereka sendiri.

Misalnya: mereka tetap fokus pada backbone matcha, meski tren kopi, boba, atau english tea sedang panas. Mereka percaya dengan single-focus, hasilnya juga lebih konsisten. Ditambah suasana yang nyaman untuk ngemper bareng teman atau bahkan kamu bisa ngemper sambil menikmati matcha sendirian. Karna jika kamu tidak punya teman untuk pergi bersama kesana, disana ada tukang parkir ramah nan baik hati yang seru kalau diajak ngobrol.

Rencana Masa Depan: Teknologi + Rumah Produksi Mandiri

Visinya ke depan dua arah: punya rumah produksi sendiri dan upgrade teknologi outlet. Rumah produksi guna memastikan kualitas bahan baku, sedangkan teknologi seperti peralatan blender modern dan mesin pembuat es bisa meningkatkan konsistensi dan efisiensi.

Ini belum semua: mereka juga membuka kesempatan untuk workforce dengan membuka lowongan untuk crew outlet di UNY dan Pogung Jogja, menawarkan gaji Rp1,5 -- 2,5 juta---ideal bagi mahasiswa semester akhir agar bisa belajar sambil kerja (putrafarmayogyakarta.co.id, jobnas.com).

Dalam Angka: Omzet Harian Dua Outlet

Ade merinci omzet harian dari dua outlet:

  • Hari sepi: Rp3 juta

  • Hari ramai: mencapai Rp10 juta

Dengan rentang ini, stabilitas usaha masih dalam tahap penguatan---meski sudah menunjukkan potensi besar, terutama dengan rencana ekspansi fasilitas produksi dan teknologi.

Jenis Usaha: Porter Perorangan yang Berkembang jadi Kelompok

Semula usaha ini murni perorangan, didirikan dan dijalankan oleh Ade sendiri. Namun memasuki fase pengembangan, sekarang sudah ada formasi tim (crew outlet & tim produksi). Meski legalitasnya masih dalam proses (seperti izin PIRT), dari sudut operasional, MatchaTi mulai bergerak ke model kelompok usaha.

MatchaTi mewakili semangat UMKM Jogja: tetap memegang kearifan lokal, meski memakai bahan import. Mereka membuktikan bahwa konsep yang jelas dan optimasi lokalitas (lokasi strategis di kampus & compact outlet) bisa berjalan beriringan dengan cita rasa premium.

Cerita mereka juga bisa jadi inspirasi: betapa dari kegagalan---asal dikelola dengan sistem, visi, dan keberlanjutan---bisa membentuk brand yang lebih tangguh.

Harapan & Aksi yang Tersusun

Foto bersama salah satu crew MatchaTi, Eca, saat melayani pelanggan MatchaTi (Sumber: Doc Pribadi)
Foto bersama salah satu crew MatchaTi, Eca, saat melayani pelanggan MatchaTi (Sumber: Doc Pribadi)

MatchaTi adalah bukti bahwa UMKM lokal bisa tampil profesional dan punya visi global. Meski outletnya mungil, cara mereka berkomunikasi dengan pelanggan, menjaga kualitas rasa, dan membangun branding---semuanya menunjukkan komitmen tinggi.

Dengan modal konsistensi, identitas produk yang kuat, serta komunikasi digital yang apik, MatchaTi berhasil bertahan di tengah persaingan dan bahkan berkembang. Usaha ini adalah bentuk UMKM perorangan, bukan kelompok. Tapi semangat kolaboratif yang dibangun di antara owner dan tim sangat terasa, menjadikannya seperti "keluarga kecil" yang saling menopang.

Matcha bukan sekadar teh hijau, dan MatchaTi bukan sekadar tempat beli minuman. Ini adalah tentang keberanian memulai dari nol, kegigihan melawan arus, dan rasa manis dari setiap tegukan perjuangan.

Kalau kamu sedang di Jogja dan ingin mencicipi minuman matcha yang nggak hanya enak tapi juga sarat cerita, datanglah ke MatchaTi. Mungkin di sana, kamu tidak hanya menemukan rasa, tapi juga inspirasi yang tak disangka.

Sebagai pembaca dan penikmat kulturtalim minuman di kota Pelajar, kita bisa menyaksikan proses transformasi brand lokal dari sudut pandang yang intim---dan merasakan betapa matcha bukan sekadar minuman, tapi medium kerja keras, estetika, dan inovasi.

Follow Instagram mereka di @matchati.idn untuk update promo, menu baru, dan suasana outlet yang penuh energi anak muda.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun