Mohon tunggu...
siti nurhalisa
siti nurhalisa Mohon Tunggu... Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seks Bebas dan Kehamilan Remaja

27 Juni 2025   22:11 Diperbarui: 27 Juni 2025   22:11 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : trinhhthlinh0054/pinterest)

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada tahun 2023, BKKBN mencatat kenaikan Angka Kelahiran Spesifik Usia (ASFR) bagi remaja 15--19 tahun. Sensus Penduduk 2020 menunjukkan populasi remaja (10--24 tahun) mencapai 24 % dari total penduduk (67 juta jiwa), sedangkan 17 dari setiap 100 kehamilan terjadi tanpa direncanakan oleh remaja (Kehamilan Tidak Diinginkan/KTD). Selain itu, setiap tahunnya diperkirakan ada sekitar 50 ribu remaja hamil di luar nikah, sebuah angka yang mencerminkan betapa seriusnya persoalan ini di masyarakat kita.

Penyebab Umum
Pertama, minimnya pendidikan seks di sekolah dan keluarga. Banyak remaja tidak mendapatkan pengetahuan memadai tentang anatomi reproduksi, metode kontrasepsi, atau konsekuensi kehamilan dini. BKKBN menilai rendahnya pendidikan seks menjadi faktor utama peningkatan kehamilan remaja. Kedua, akses konten digital tanpa filter: platform media sosial dan situs dewasa mudah diakses tanpa pendampingan orang tua atau guru, yang sering kali menjadikan remaja 'bereksperimen' tanpa pemahaman risiko. Ketiganya, minimnya komunikasi terbuka: tabu berbicara tentang seks membuat remaja ragu bertanya, sehingga informasi yang mereka dapat seringkali tidak valid atau setengah benar.

Dampak Sosial
Kehamilan remaja memicu stigma dan eksklusi sosial. Remaja hamil kerap dikucilkan oleh teman sebaya, bahkan oleh keluarga sendiri. Kondisi ini menimbulkan tekanan emosional, memperburuk kesehatan mental, hingga berujung depresi. Pasangan yang menanggung konsekuensi sosial ini juga rentan mengalami perundungan dan pelecehan, baik online maupun di lingkungan sekitar.

Dampak Ekonomi
Secara ekonomi, remaja hamil berisiko putus sekolah. Saat ini, banyak remaja perempuan berhenti sekolah demi menikah atau merawat bayi, sehingga peluang kerja dan penghasilan di masa depan terpangkas. Kehilangan pendidikan formal tersebut memperkuat siklus kemiskinan antargenerasi: keluarga muda tanpa keterampilan memadai kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, hingga anak yang lahir menghadapi risiko stunting dan kurang gizi.

Dampak Psikologis
Secara psikologis, tekanan akibat stigma, kecemasan memikirkan masa depan, dan beban merawat anak di usia dini dapat memicu gangguan mental serius. Gejala depresi pasca persalinan tidak hanya mengganggu kesehatan ibu, tetapi juga perkembangan emosional bayi. Seringkali remaja ibu merasa kehilangan kontrol atas hidupnya, rendah diri, bahkan terbersit niat aborsi karena merasa tidak sanggup menghadapi tanggung jawab besar tersebut.

Secara keseluruhan, tren kehamilan remaja di Indonesia mencerminkan masalah sistemik: dari kelemahan kurikulum pendidikan seks dan celah penyaringan konten digital, hingga lemahnya dukungan sosial. Dampak yang timbul menimpa berbagai aspek: sosial, ekonomi, dan psikologis, baik bagi remaja maupun keluarga mereka. Kerja sama lintas sektor (pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat) menjadi kunci untuk memotong rantai masalah ini sejak hulu.

2. ANALISIS SOSIOLOGI

Dalam melihat fenomena seks bebas dan kehamilan remaja, kita akan menelisik empat pendekatan utama dalam sosiologi: deviansi & kontrol sosial, struktur agen, konflik, dan interaksi simbolik. Tiap kerangka menawarkan lensa berbeda untuk memahami kenapa remaja terjerumus, bagaimana masyarakat merespon, dan apa dinamika di baliknya.

Teori Deviansi & Kontrol Sosial

Remaja sebagai subjek devian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun