Purwokerto -- Lima orang mahasiswa dari jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) semester 4 UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) melaksanakan kegiatan pemotretan di Terminal Bulupitu, Purwokerto, pada siang hingga sore hari. Kegiatan ini merupakan bagian dari Tugas UAS ulangan akhir semester mata kuliah fotografi yang bertujuan untuk mengasah kemampuan mahasiswa dalam menangkap realitas sosial melalui media visual.
Terminal Bulupitu dipilih sebagai lokasi pemotretan karena menjadi salah satu pusat aktivitas masyarakat di Kabupaten Banyumas. Mahasiswa memotret berbagai situasi yang terjadi di terminal, mulai dari penumpang yang datang dan pergi, sopir bus yang beristirahat, hingga pedagang yang menjajakan dagangan di sekitar area keberangkatan dan kedatangan.
Kelima mahasiswa tampak antusias sejak awal kegiatan. Berbekal kamera dan semangat belajar, mereka menyusuri setiap sudut terminal untuk mencari momen-momen menarik. Mereka tidak hanya fokus pada objek manusia, tetapi juga pada benda-benda dan suasana yang mencerminkan kehidupan terminal. Misalnya, bangku kosong yang dibiarkan di sudut, tumpukan barang bawaan penumpang, serta papan jadwal keberangkatan yang menjadi saksi bisu lalu lalang perjalanan.
"Kami ingin belajar langsung dari lapangan, tidak hanya dari teori. Di terminal ini kami bisa melihat bagaimana kehidupan berjalan, bagaimana orang bekerja, dan bagaimana suasana publik itu penuh dengan cerita," ujar salah satu mahasiswa yang terlibat.
Meski cuaca cukup terik saat siang hari, hal tersebut tidak mengurangi semangat mereka. Justru pencahayaan alami dari sinar matahari menjadi tantangan sekaligus kesempatan untuk bereksperimen dengan teknik pengambilan gambar. Mahasiswa belajar memanfaatkan sudut cahaya, bayangan, dan latar belakang agar hasil jepretan mereka tidak hanya informatif, tetapi juga estetik.
Setiap mahasiswa mengambil pendekatan berbeda dalam menangkap objek. Ada yang memilih fokus pada ekspresi wajah penumpang, ada pula yang memilih mengambil gambar dari kejauhan untuk mendapatkan suasana secara keseluruhan. Mereka juga saling berdiskusi di lapangan, mengevaluasi hasil foto satu sama lain, dan berbagi tips seputar komposisi, fokus, dan pengaturan kamera.
Kegiatan ini juga memperkuat kekompakan di antara mereka. Lima orang mahasiswa tersebut bekerja sama secara fleksibel dan saling membantu saat proses pemotretan. Kebersamaan mereka terlihat dari cara mereka bertukar alat, membantu membidik objek, hingga bergantian mengambil foto sebagai kenang-kenangan. Salah satu mahasiswa lainnya mengungkapkan bahwa ini adalah pengalaman belajar yang berbeda dari biasanya. "Kami tidak hanya belajar tentang kamera atau teknik fotografi, tapi juga belajar bagaimana mendekati orang-orang di lapangan, meminta izin saat memotret, dan memahami konteks sosial dari gambar yang kami ambil," jelasnya.
Menjelang sore hari, pemotretan pun selesai. Mahasiswa mengakhiri kegiatan dengan berbagi cerita tentang momen-momen menarik selama proses pengambilan gambar. Ada yang berhasil memotret interaksi lucu antara sopir dan penumpang, ada pula yang mendokumentasikan ekspresi haru saat seseorang melepas keluarganya pergi.ada juga yang foto papparazi sesama teman nya wkwkwk. Meski lelah karena aktivitas seharian, kelima mahasiswa tersebut merasa puas dan bangga dengan hasil kerja mereka. Kamera yang awalnya hanya menjadi alat belajar di kelas kini telah menjadi jembatan untuk melihat dunia lebih dekat, lebih nyata, dan lebih bermakna.
Kegiatan ini menunjukkan bahwa mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam tidak hanya belajar teori komunikasi, tetapi juga belajar menyampaikan pesan dan cerita melalui media visual. Lewat foto-foto yang mereka ambil di Terminal Bulupitu, mereka telah merekam potongan kehidupan yang sederhana namun penuh makna.
Terminal Bulupitu tidak hanya menjadi lokasi praktik fotografi, tetapi juga menjadi ruang belajar terbuka yang memberikan pengalaman langsung tentang pentingnya kepekaan sosial, kreativitas, dan kerja sama tim. Dari tempat inilah, mahasiswa belajar bahwa setiap sudut kehidupan punya cerita, dan setiap cerita layak untuk diabadikan.