Mohon tunggu...
Siti Farina
Siti Farina Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pentingnya Literasi Media Digital Melihat Banyaknya Berita Palsu

18 Juli 2018   23:55 Diperbarui: 19 Juli 2018   00:26 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Literasi media digital 

Perkembangan teknologi komunikasi, terutama melalui internet, memunculkan istilah baru dalam praktik literasi media yaitu literasi digital. Literasi digital hakikatnya sama dengan literasi media, yaitu praktik yang menawarkan kapasitas atau kompetensi memanfatkan media, baik memahaminya, memproduksinya, atau mengetahui perannya dalam masyarakat ( Hoecsmann dan Poyntz., 2012, h. 1).

Eastin (2008, h. 42 (dalam Wahid Abdul, Pratomo Aji Dhinar, 2017 :182) pun menyamakan istilah literasi digital dengan literasi informasi, literasi media baru dan literasi computer, dengan pengertian kompetensi menggunakan internet dan mengevaluasi kontennya. Literasi digital diartikan  sebagai pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan tiap orang orang untuk pengembangan secara professional dan partisipan aktif dalam mayarakat berbasis teknologi (Uzunboylu dalam Garland, 2009 (dalam Wahid Abdul, Pratomo Aji Dhinar, 2017 :182).

Literasi ini terkait bagaimana mengoperasikan teknologi tertentu, mengetahui bagaimana dan mengapa teknologi digunakan, dan menyadari efek atau pengaruh dari penggunaannya. Kehadiran media siber dan gerakan citizen journalism (jurnalisme warga) secara langsung maupun tidak membawa dampak pada media yang selama ini dianggap sebagai penguasa atas produksi dan distribusi informasi. Sebab internet memberi kemudahan akses warga dalam membuat akun dimilis, situs jejaring sosial, web-blog, hingga membuat situs sendiri pada kenyataannya menambah sumber untuk memproduksi dan mendistribusikan media.

" Freedom of the press is guaranteed only to those who own one." Now, millions do (A.J. Liebling dalam Browman and Willis, 2003:47) . Menurut Laporan 'National Leadership Conference on Media Education' (Aufderheide, 1992) menyatakan pentingnya literasi media sebagai kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi dan mengkomunikasikan pesan dalam pelbagai bentuknya.

Sementara itu dalam konteks di Indonesia, terdapat regulasi yang juga membahas tentang literasi media yakni di dalam Undangundang No.32 Tahun 2003 tentang Penyiaran, khususnya dimual di dalam Pasal 52 yang  memaknai literasi media  sebagai "kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan sikap kritis masyarakat" (Iriantara, 2009: 25).

Media sosial

Interaksi sosial antara manusia dalam memproduksi, berbagi dan bertukar nformasi, hal ini mencakup gagasan dan berbagai konten dalam komunitas virtual [Ahlqvist, Toni; Halonen, M,; Heinonen, S (2008). "sosial media road maps exploring the futures triggered by social media". Dikutip via Wikipedia 2014]. Media sosial adalah kelompok dari aplikasi berbasiskan internet yang dibangun atas dasar ideologi dan teknologi web versi 2.0 yang memungkinkan terciptanya website yang interaktif [Kaplan Andreas M., Haenlein Michael (2010). "User of the world, unite! The challenges and opportunities of sosial media". Dikutip via Wikipedia 2014].

Saat ini media sosial sudah semakin banyak dan canggih. Media sosial tidak hanya sebagai wadah untuk membagikan bagaimana aktivitas kita sehari-hari. Tetapi sekarang kita sudah bisa dengan mudah untuk membagikan berita apa saja yang kita dapatkan atau kita peroleh baik di situs-situs, di media sosial lainnya atau bahkan dari media-media yang sudah terkenal. Sangat disayangkan, kita sebagai pengguna media terkadang lalai dan malas untuk mencari tahu apakah berita yang kita peroleh benar atau hanya berita palsu (hoax). Maka untuk itulah literasi media harus ditanamkan sejak dini kepada generasi penerus bangsa. Melihat bagaiamana perkembangan teknologi yang sangat cepat ini. 

Berita Palsu ( Hoax)

Sudah banyak contoh kasus dimana berita hoax menyebabkan munculnya fitnah, pembunuhan karakter, perang pernyataan di media sosial, putusnya tali silaturrahmi, sampai terganggunya kerukunan kehidupan masyarakat. Persaingan elit politik yang semakin meruncing diwarnai dengan semakin banyaknya berita hoax. Isu-isu SARA pun sudah menjadi menu utama berita hoax.Kondisi masyarakat yang sudah "bersumbu pendek" alias mudah marah dan mudah terprovokasi menyebabkan berita hoax sangat berbahaya. Tingginya budaya "copas dari grup sebelah" dan rendahnya literasi informasi menyebabkan dalam hitungan menit subuah berita hoax menyebar dengan cepat bahkan menjadi viral di medsos. Berita palsu atau hoax memang tidak mudah diketahui terutama bagi pengguna media yang tidak tahu atau disebut orang awam. Mereka hanya berusaha ingin mengikuti tren atau perkembangan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun