Kisah asmara seringkali di perbincangkan di segala kalangan. Â Ceritanya yang menarik dan juga unik membuat tak ingin lepas dari pembahasan itu. Â
Setelah sekian lama aku mempertahankan apa yang aku yakini,  kini semuanya hanya tinggal sebuah cerita dan masa  untuk dikenang suatu hari nanti.  Jelas,  pernah patah berkali kali kini benar remuk tiada tersisa serpihan.  ! Aku berdiam diri.  Menata kembali apa yang aku ucapkan dan aku dengar,  bisa jadi itu adalah sebuah kesalahan . Memang,  aku terbilang cuek dan supel tapi aku mudah bergaul. Â
2015Â
Mengagumi seseorang membuat dunia berubah seketika, Â semangat rasanya ingin pergi sekolah. Â Tidak bisa membedakan mana kepentingan atau tidak terlalu penting. Â Diam diam mengharapkan seseorang, Â diam diam menaruh harap dan rasa. Â Lama tak terjaga rasa itu tumbuh seperti di pupuk saja, Â
2016
Kata orang pengorbanan, Â perjuangan, Â yang di dapat dari anak sekolah tapi hanya sebuah kekecewaan, Â orang yang kita kasihi tidak datang memberi kepastian. Â Lama lama jenuh jua mencoba pergi dan tak kembali.Â
2017
 Namun tak di sadari,  pertemuan aku dan dia terjalin persiapan kelulusan sekolah.  Sudah ku topang perasaan ku agar bisa terbenahi dan biasa saja,  apa yang aku dapat.  Rasa canggung dan redup sayu suasana menambah kebekuan antara kami aku dan dia.  Selang beberapa waktu terus ku ikuti kata perasaan ku bukan hati ku sehingga jauh lebih berasa sakitnya dari pada aku ikuti Kata hati. Pasalnya,  perasaan  wanita begitu lemah dan lunak. Â
Sedangkan hati tegar dan tegas aku rasa. Â Tidak ada percakapan romantis atau pembicaraan serius di antara kami. Â Kadang sebatas tugas dan kerja sama organisasi. Â Membuat aku merasa malu pada diriku. Â Menaruh harap pada nya. Â
Perpisahan sekolah tiba akhirnya, Â tidak ada pertemuan khusus antara aku dan dia atau kesediaan dia menyapaku itu pun tidak sama sekali. Â
Aku menjadi salah arti, Â mengapa hanya denganku, Â sikapmu tak acuh seperti mengabaikanku. Â Hadirku tak sedikitpun memberi respon baik untukmu. Â Apa harus ku sampaikan puisi atau syair, Â sehingga kamu bangun dan menginginkan hadirku. Â Tapi tidak. Â Kamu terlalu sibuk dengan orang orang di sekitarmu sampe tidak pernah menghargai perasaan ku. Â Bagaimana menurutmu, Â ketika hadirku tak membuatmu menyapa berdiskusi bersama. Â Apa yang kamu pikirkan aku hanya diam diam mengagumimu. Â Tapi sedikit saja tidak pernah mendekat sekedar bercakap humor. Â