Mohon tunggu...
Siti Fauziyah
Siti Fauziyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Jalani hidupmu sekarang, syukuri hidupmu kemarin, nantikan hidupmu esok hari

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Nasib Pelajar dan Pandemi Covid-19

11 Januari 2021   03:16 Diperbarui: 11 Januari 2021   04:13 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kasus COVID-19 pertama kali ditemukan saat awal bulan Maret. Pada saat itu presiden kita presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan bahwa ada 2 orang warga Indonesia yang telah positif terjangkit virus Corona. 2 orang tersebut berjenis kelamin perempuan dimana perempuan itu berusia 31 tahun dan satunya lagi yang merupakan seorang ibu yang sudah berusia 64 tahun.

Selama masa pandemi pemerintah menerapkan beberapa aturan-aturan baru di dalam dunia pendidikan yaitu meliburkan sekolah-sekolah dan juga kampus-kampus untuk sementara waktu ini. Selain di dunia pendidikan pemerintah juga menerapkan PSBB untuk warganya dan juga memberlakukan social distancing antar warganya. Dilansir dalam laporan yang bertajuk Save Our Education yang di kutip oleh kantor berita AFP "untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, satu generasi anak-anak di seluruh dunia terganggu pendidikannya". Nadiem Anwar Makarim yang mana merupakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, telah mengizinkan kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan tatap muka untuk daerah yang berstatus dalam zona hijau. Sedangkan daerah yang masih berstatus zona kuning, zona oranye, dan merah dilarang menggelar kegiatan belajar mengajar tatap muka secara langsung. Wilayah yang masuk dalam zona hijau dimana memungkinkan untuk memulai belajar mengajar tatap muka secara langsung itu harus memenuhi persyaratan protokol kesehatan yang ketat" ujar Nadiem yang dilansir dari kantor berita Antara.  Itu semua juga tergantung keputusan kepala daerah, kepala sekolah dan juga orang tua siswa. Kegiatan belajar mengajar tatap muka secara langsung itu dilakukan secara bertahap, di mulai dari jenjang SMP dan SMA atau SMK terlebih dahulu.

Sementara itu perbedaan siswa-siswa yang berada di pedesaan dan yang ada di kota jauh perbedaannya. Siswa-siswa di kota tergolong mampu dalam menghadapi krisis pandemi di dunia pendidikannya. Sedangkan siswa-siswa yang ada di desa dalam kehidupan sehari-harinya saja susah, apalagi jika harus memenuhi masalah keuangan yang akan tambah berat jika pembelajaran anak-anak dilakukan dengan online. Sebagian besar orang tua di pedesaan ataupun perkampungan merupakan golongan ekonomi menegah ke bawah. Alih-alih untuk belajar dari rumah, anak-anak mereka yang perekonomian orang tuanya menengah ke bawah dengan terpaksa hanya bisa membantu para orang tua mereka dalam berladang dan bertani karena ada beberapa desa yang belum ada koneksi internet di desa terpencil. Kemungkinan juga ada desa yang belum tersentuh internet sama sekali.

Berbagai upaya telah pemerintah lakukan seperti bantuan bagi siswa-siswa yang kurang mampu maupun untuk mahasiswa yang terkena PHK atau yang terjangkit virus korona dalam dunia pendidikannya. Hal itu juga masih belum bisa meringankan beban dalam dunia pendidikan. Jika ini terus berlanjut seperti ini dan jika kita membiarkan krisis pendidikan ini terus berlangsung dampak bagi anak-anak dan juga kepada masa depan anak-anak akan buruk ke depannya bila bertahan lebih lama lagi. Anak-anak yang paling rugi pada saat pandemi ini adalah anak-anak yang paling miskin dan yang paling terpinggirkan, dan yang sejak awal memang sudah tertinggal di dalam hal pendidikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun