Mohon tunggu...
Siti Husnul Khotimah
Siti Husnul Khotimah Mohon Tunggu... Guru - Guru

SITI HUSNUL KHOTIMAH, lahir dan tinggal di kota Reog, Ponorogo. Hobby gardening dan menulis. Motto, “Be the change that you wish to see in the world.”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan HOTS, Materi Describing Things dengan Menggunakan Media Realia yang Ada di Sekolah

7 Oktober 2022   18:50 Diperbarui: 17 November 2022   16:02 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penerapan Hots Dalam Materi Describing Things Dengan Menggunakan Media Realia Yang Ada Disek

By Siti Husnul Khotimah

Di abad 21 ini, Bahasa Inggris tidak bisa dielakkan lagi menjadi salah satu bahasa penghubung yang sangat vital dalam ranah komunikasi global. Dimana bahasa Inggris merupakan bahasa resmi dari banyak negara di dunia dan dipahami serta dipergunakan secara meluas. Bahasa Inggris bahkan dipergunakan di lebih banyak negara di dunia disbanding bahasa lain. Hampir tiap negara di dunia menggunakan bahasa Inggris saat berkomunikasi. www.kompas.com/skola/read/2//kenapa-bahasa-inggris-menjadi-bahasa-internasinal/ di unduh pada hari Kamis, 8 September 2022 pukul 07.35 WIB. Menurut Wells yang dikutip dari Depdiknas dalam Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006: Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa tersebut. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan atau menghasilkan teks lisan dan atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.

Melihat betapa pentingnya peran penguasaan Bahasa Inggris ini, maka tidak salah jika Bahasa Inggris menjadi salah satu bahasa yang wajib di pelajari dalam jenjang Pendidikan SMP/MTs. Pada jenjang ini siswa SMP/MTs berada pada pembelajaran fase D seperti yang tertuang dalam Capaian Pembelajaran (CP) Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Keputusan Kepala BSKAP Nomor 003/H/KR/2022 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek Nomor 008/H/KR/2022 tentang Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah pada Kurikulum Merdeka.

Untuk melaksanakan pembelajaran Bahasa inggris pada jenjang MTs kelas VII, penulis akan focus membahas tentang penerapan HOTS dalam materi describing things dengan menggunakan media realia yang ada di sekitar sekolah. Sebelum melangkah lebih jauh, penulis akan membahas apa itu HOTS. High Order Thinking Skill merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksomomi pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi Bloom, dan taksonomi pembelajaran, dan penilaian (Saputra, 2016:91). Berikutnya, tentang describing things. Dalam buku College Academic Writing: A Genre-Based Prespective karya Dr. I Wy. Dirgeyasa, M.Hum (2017) menyatakan, tujuan atau fungsi social dari describing things adalah to describe a person, place or thing in such a way that a picture is formed in the reader's mind. Sedangkan media pembelajaran itu ada banyak ragamnya. Menurut Miarso (Hernawan dkk, 2008:11) bahwa, "Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa". Sedangkan menurut Munadi (2010:7) media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif 14 di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan sacara lebih sederhana bahwa media pembelajaran adalah sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dari guru ke siswa atau sebaliknya. Penggunaan media pembelajaran akan memungkinkan terjadinya proses belajar pada dirisiswa dan dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Alat peraga atau media adalah sumber belajar yang harus dikembangkan untuk tercapainya hasil belajar yang optimal. Dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, kita tidak boleh melupakan satuhal yang sudah pasti kebenarannya yaitu bahwa siswa harus banyak berinteraksi dengan sumber belajar. Karena tanpa sumber belajar yang memadai maka akan sulit diharapkan diwujudkannya proses pembelajaran yang mengarah kepada tercapainya hasil belajar yang optimal.

Disini penulis sengaja memilih media realia karena media realia merupakan salah satu jenis yang banyak ada di sekitar sekolah dan mayoritas tidak membutuhkan dana untuk pengadaanya. Yang dimaksud dengan realia sendiri yaitu salah satu authentic material, yang sesungguhnya dibuat atau keberadaannya bukan untuk bahan ajar. Beberapa contoh realia adalah kalender, jam dinding, peta, buku-buku, pohon, batu, makanan dan minuman, bungkus kemasan suatu produk, brosur dan masih banyak yang lainnya. https://www.belajarbahasainggrisku.id/berbagai-media-pembelajaran-yang-terbukti-ampuh/ diunduh pada hari Kamis, 8 September 2022 pukul 08.42 WIB.

Ketika memilih pembelajaran menggunakan media realia ini penulis mengambil latar belakang masalah yang sering dihadapi di sekolah. Dimana ada keterbatasan sarpas terutama dengan akses internet yang sering tersendat-sendat. Juga permasalahan lain yang muncul karena kurangnya motivasi belajar siswa ketika dipaparkan dengan materi berbasis HOTS. Media realia bisa dengan mudah diakses dan didapatkan disekitar sekolah tanpa harus menunggu stabilnya jaringan internet. Juga aktifitas motorik siswa bisa tersalurkan ketika mereka diminta untuk menemukan benda-benda yang berada di sekitar kelas. Dengan kegiatan itu, siswa yang bisaanya tidak termotivasi dalam pembelajaran atau mengantuk, menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti proses belajar. Penulis sudah beberapa kali menerapkan penggunaan media realia untuk penyampaian materi describing things around us pada kelas tingkatan rendah (kelas 7). Berdasarkan hasil evaluasi diakhir pembelajaran dimana capain ketuntasan siswa selalu diatas 80%, penulis berinisiatif untuk berbagi pengalaman penggunaan media realia tersebut untuk menyampaikan materi describing things ini.

Pengaplikasian pembelajaran tersebut penulis jabarkan sebagai berikut; Pada bahasan materi things around us, guru meminta siswa untuk mencari Allah's create items yang ada di sekitar kelas. Siswa diarahkan untuk mencari benda-benda dimaksud secara berkelompok di luar kelas. Masing-masing kelompok diberi batasan waktu, misalnya dalam 3-5 menit semua anggota kelompok harus kembali kedalam kelas. Lalu siswa dengan dibimbing guru melakukan proses mengidentifikasi benda-benda yang sudah ditemukan tadi. Benda yang tidak masuk kedalam bagian Allah's create items disisihkan disatu tempat dengan terlebih dulu menyebutkan nama dari masing-masing benda yang ditemukan dengan tujuan peserta didik bisa menambah kosakata baru. Benda yang merupakan bagian dari Allah's create items diminta untuk ditaruh dimeja khusus didepan kelas yang semua siswa bisa melihat dengan jelas. Ketika siswa melakukan kegiatan ini, siswa sudah melakukan dua kegiatan sekaligus, yaitu menyeleksi dan mengkategorikan. Sejatinya, dengan dua kegiatan tersebut siswa sudah melakukakan pembelajaran HOTS dimana kata kerja "menyeleksi" menurut taksonomi Bloom masuk pada analisis C4 dan kata kerja "mengkategorikan" masuk pada analisis C6.

Langkah berikutnya, guru memilih satu benda untuk di diskripsikan. Siswa dibimbing untuk membuat kalimat diskripsi sederhana tentang benda yang sudah dipilih berdasarkan contoh yang dibuat guru. Misalnya, benda yang dipilih adalah sehelai daun kering.  Guru member contoh; It is a dry leaf. The color is brown. It is light. It's come from a tree. Guru mengulang kalimat demi kalimat dengan nyaring dan jelas. Kurang lebih 2-3 kali pengulangan.  Siswa diminta untuk memperhatikan, lalu ikut mengulang pengucapan kalimatnya.

Pada tahap berikutnya, guru memilih benda yang berdeda, misalnya batu. Dan meminta siswa untuk mendiskripsikan benda tersebut secara sederhana mengikuti pola kalimat yang sudah dicontohkan guru. Siswa diberikan peluang untuk membuat kalimat secara acak. Ketika ada siswa yang berani membuat kalimat deskripsi, guru seyogyanya member apresiasi positif tanpa menyalahkan atau membenarkan. Guru lantas menuliskan kalimat tersebut di papan tulis dengan pola kalimat yang benar, dan kemudian mengajak siswa untuk membaca kalimat tersebut dengan nyaring. Ini dilakukan dengan dua alasan, jika siswa yang sudah memberanikan diri untuk mengutarakan idenya tadi menyampaikan pendapat dengan pola kalimat yang benar, dia akan merasa diapresiasi dan mungkin itu bisa membuatnya semakin percaya diri, dan jika ia menyampaikan pendapat dengan susunan kalimat yang kurang benar maka dia tidak merasa dipermalukan. Juga pada saat yang sama, siswa lain bisa menyimak kalimat yang diulang oleh guru. Kegiatan ini dilaksanakan sampai semua benda yang suda h dipilih siswa selesai didiskripsikan. Dari kalimat-kalimat diskripsi yang sudah ditulis guru dipapan tulis, siswa kemudian diminta untuk menyusun paraghraf descriptive sederhana.  Tugas menyusun paragraph dari kalimat descriptive yang sudah ditemukan bersama-sama ini masuk dalam pembelajaran berbasis HOTS. Dimana kata kerja "menyusun" menurut taksonomi Bloom termasuk dalam analisis C6.

Penggunaan media realia ini bisa juga digunakan untuk penyampaian materi ajar yang berbeda. Guru tinggal menyesuaikan dengan apa yang ada di sekitar sekolah dengan materi yang akan diajarkan. Pada pembelajaran Bahasa Inggris di abad 21 ini, memang kita dituntut untuk melalukan pembelajaran yang blended, menggabungkan dan mengkreasikan materi pembelajaran dengan tehnologi yang semakin canggih. Namun tak bisa dipungkiri, terkadang ada kendala atau keterbatasan sarana pembelajaran di sekolah yang tidak bisa kita hindari. Sudah menjadi tanggung jawab professional seorang guru untuk bisa mengambil keputusan dengan cepat dalam menghadapi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran di kelas. Nah, disini kreatifitas dan inovasi guru diperlukan. Dan realia bisa menjadi alternative solusi yang mungkin bisa menjawab permasalahan pembelajaran yang ada. Jika permasalahan-permasalahan pembelajaran tersebut mampu kita telaah akar masalahnya, insyaallah apapun kendalannya, tujuan pembelajaran akan selalu bisa kita capai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun