Semarang -- Sebagai wujud nyata pengabdian kepada masyarakat, tim dosen dan mahasiswa dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (UNNES) melaksanakan program pemberdayaan narapidana wanita melalui pelatihan keterampilan tata rias dan penataan rambut di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wanita Kelas IIA Kota Semarang. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali warga binaan dengan keterampilan praktis yang dapat mendukung kemandirian ekonomi mereka setelah bebas dan kembali ke tengah masyarakat.
Program pelatihan berlangsung selama dua hari dan diikuti oleh 25 peserta, yang terdiri atas warga binaan yang telah memenuhi persyaratan administratif serta menunjukkan perilaku baik selama menjalani masa tahanan. Materi pelatihan mencakup teknik dasar makeup harian, riasan profesional untuk acara, teknik shading dan contouring, serta penataan rambut sederhana dengan tren gaya rambut modern.
Dalam sambutannya, Ketua Tim Pengabdian, Ifa Nurhayati, S.Pd., M.Pd., menekankan bahwa kegiatan ini tidak hanya berfokus pada keterampilan teknis, tetapi juga bertujuan membangun kepercayaan diri dan memupuk harapan baru bagi para peserta.
"Kami percaya bahwa setiap individu, termasuk warga binaan, berhak mendapatkan kesempatan kedua. Dengan bekal keterampilan yang konkret dan aplikatif, mereka memiliki peluang lebih besar untuk hidup mandiri, bermartabat, dan produktif setelah bebas," ujar Ifa.
Selain keterampilan kecantikan, para peserta juga mendapatkan pelatihan kewirausahaan dasar, seperti cara memulai usaha jasa rias rumahan, strategi mengelola modal kecil, penentuan harga layanan, serta teknik pemasaran mandiri, termasuk optimalisasi media sosial sebagai sarana promosi usaha.
Kegiatan ini mendapat apresiasi tinggi dari pihak Lapas. Kepala Lapas Wanita Semarang, Ade Agustina, Amd. IP, S.H., M.H., menyampaikan bahwa program ini sejalan dengan visi pembinaan berkelanjutan di lembaganya.
"Kami sangat terbuka terhadap kerja sama dengan pihak luar yang memiliki kepedulian terhadap peningkatan kapasitas warga binaan. Pelatihan seperti ini sangat relevan karena membekali mereka dengan keterampilan nyata yang dapat langsung diterapkan setelah kembali ke masyarakat," ungkapnya.
Salah satu peserta pelatihan, yang kami sebut dengan inisial N (34), mengungkapkan rasa syukur dan semangat barunya setelah mengikuti program ini.
"Saya jadi punya harapan baru. Ternyata saya bisa. Saya ingin membuka usaha salon kecil kalau sudah bebas nanti," tuturnya dengan mata berbinar.
Pelatihan ditutup dengan sesi praktik langsung, di mana para peserta mendemonstrasikan keterampilan yang telah mereka pelajari melalui simulasi makeup dan penataan rambut. Setiap peserta juga menerima sertifikat pelatihan yang dapat digunakan sebagai bukti kompetensi untuk keperluan melamar pekerjaan atau membuka usaha sendiri setelah masa tahanan berakhir.
Program ini menjadi salah satu contoh konkret kontribusi perguruan tinggi dalam mendukung proses reintegrasi sosial narapidana wanita, sekaligus menunjukkan bahwa pembinaan yang inklusif dan humanis dapat membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah, mandiri, dan bermakna bagi para perempuan yang tengah menjalani proses pemasyarakatan.