Mohon tunggu...
Pendekar Syair Berdarah
Pendekar Syair Berdarah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jancuker's, Penutur Basa Ngapak Tegalan, Cinta Wayang, Lebih Cinta Keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sial Kang Inin Tak Berjudul ECR 3 #95

9 September 2011   07:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:07 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 

“Pungut....” hardik Pak RT Ibay keras, keraaaaaaaaaaaasss sekali sampai kawanan codot yang sedang bertengger di pohon duren bubar berantakan.

“Puuuung...Nguuuuttt...” hardik Pak RT semakin keras, lebih keras dari bunyi auman knalpot sepeda motor yang sedang diservis di bengkel milik Mbah As.

Ki dalang, Mas Hans sip, Kang Inin, hanya berdiri dengan kepala menunduk, kedua tangan mereka saling berkait setengah bersedekap, hanya kang inin saja yang masih sempat klepas – klepus menghisap dalam – dalam rokoknya dengan irama penuh gelisah.

Mata Pak RT masih melotot, tanganya yang kekar plus bulu – bulu itu ditolak dipinggangnya, pandangnya tak lepas dari tiga manusia didepanya.

Sementara, lembaran duit bertebaran dilantai marmer di beranda rumah kang inin. Wah, lembaran – lembaran itu seperti tak berguna. Jelas – jelas duit itu bernasib sama seperti daun jambu air di depan rumah ining, yang berguguran dan dibiarkan saja kabur kanginan (terbang terbawa angin).

Akal bulus, Ki dalang mengijak selembar dikaki kiri dan selembar lagi di kaki kanan. Lumayan buat modal nongkrong di angkringan. Nraktir sindenya yang semok Acik.

“kita bekerja untuk warga rangkat? Dengan ikhlas tanpa iming – iming duit atau rasa sohor... camkan itu?”

“Tapi, itu nganu Pak...” tukas Ki Dalang

“Apha...?”

“Nganu Pak....?”

“Aphaaa...?”

“Ngaaaaanu.. Pak...”

“Heee...ulah... ngana... nganu... ngomong teh anu jelas atuh ki heeeeeggghh...”

“Dih, bukanya Pak RT teh urang manado lain, ko dia pake basa sunda ngomongnyah... mas hans...?” Kang inin membisik pelan telinga Mas hans.

“Apa kamu nin....?”

“Ngga... Pak...” Kang inin sontak nggedeg, rambut kriwilnya ikut mobat – mabit, mengibas – ngibas seperti iklan pria di iklan shampo.

. . .

“Sabar Pak RT....?” sela mas hans

“Gimana saya bisa sabar melihat tingkah laku kalian...menjiiii....jaaaaayyy...kaan...”

“Duit itu bukan hasil menjual tiket bagi warga rangkat yang ingin melihat Super Hero Sexy SUPER DR...”

“Terusss...” suara Pak RT Ibay mulai merepek.

“Itu duit kang inin menjual hasil panen pisang kepok, pisang raja, pisang ratu, pisang prajurit, dan pisang – pisang lainya...?”

Sontak, Pak RT terperanjak dengan gaya Olga...

“Haaaaaaa..... kenapa ga pada ngomong...iihhh rempong dech semua...?”ucap Pak RT sambil langsung jongkok memunguti duit yang tadi ia hamburkan penuh nafsu, gairah, dan rasa kesal.

“Pak RT sih dateng – dateng langsung ngamuk... ” sambung ki dalang sambil memungut dua lembar uang yang 50.000-an ia injak di kakinya. . . .

“Nin... sorry berat men... habis aku tadi ga sengaja denger kalian berencana memungut uang bagi siapa saja yang mau bertemu SUPER DR...”

“Haaagghh... tiada maaf bagimu.... tidak... tidak ”

Duit pun sudah terkumpul kembali dalam gengaman kang inin. Tapi setelah dihitung bolak – balik, nominalnya sudah berkurang dua lembar.

Mas Hans, Kang Inin, dan Pak RT Ibay, langsung melirik Ki Dalang dan berteriak bersama.

“Ki Dalaaaanngg.....”

“Hehehehe.... sampai ketemu di warung kopi yah....?” teriak Ki Dalang sembari berlari meninggalkan teman – temanya.

Sial, kang inin tak berjudul,semuanya serba tahu – tahu, tahu – tahu Pak RT datang ngamuk, dan tahu – tahu, sekarang duitnya hasil penjualan pisangnya kurang dua lembar.

DESA RANGKAT  menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda,  datang, bergabung  dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)

   

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun