Seperti sebagian besar warga Banten, sebetulnya saya muak dan kesal juga melihat dan membaca berita waktu itu mengenai korusi yang dilakukan oleh sang ratu  banten, dan cukup terkejut juga sekaligus lega ketika sang ratu ditangkap dan di tahan. Tapi hari ini ketika melihat Anas tidak datang memenuhi panggilan KPK, tiba tiba saya ingat kembali pada sang ratu dan ada 'sedikit' rasa 'bangga' pada gubernur saya itu.
Ya, saya coba bandingkan antara Atut dan Anas, Atut yang waktu itu dipanggil KPK dengan 'gagah berani' datang memenuhi panggilan KPK walaupun katanya sedang dalam kondisi sakit dan tahu akan ditahan, dan ini berbeda sekali dengan Anas hari ini (selasa 7 jan 2014) yang juga dipanggil KPK tapi memilih untuk tidak hadir dan malah mengirim pengecaranya dan anak buahnya menghadapi media. Mereka berkata kata yang membuat saya pusing dan mual karena gak jelas apa yang di ucapkan, walaupun memakai bahasa Indonesia yang baik dan sistematis, tetap saja saya bingung. Mungkin saya yang kurang cerdas atau mereka yang terlalu cerdas.
Kalau saya penasihat hukum nya atau orang dekatnya, maka yang akan saya katakan adalah :"mas anas, lebih baik datang saja memenuhi panggilan KPK, karena menghindar sampai kapan dan dimanapun ujung2nya tetap akan ditahan, kalau menghindar begini hanya menunda nunda waktu saja, dan itu hanya akan menambah rusak nama mas anas, jadi lebih baik datang dan hadapi secara jantan, masa kalah jantan sama Atut."
Tapi sayang saya bukan penasihat hukum dan kawan nya Anas, jadi hanya bisa menulis di KOMPASIANA saja.
Kata seorang teman, Malang benar bangsa Indonesia, mengharap RATU ADIL yang ada RATU ATUT, mengharap SATRIA PININGIT yang ada SATRIA BERGITAR.
