Mohon tunggu...
siska desy
siska desy Mohon Tunggu... Professor in Department of Physics Education Universitas Muhammadiyah Purworejo

Fokus pada riset tentang pengembangan pembelajaran berbasis Technology, Pedagogy and Content Knowlegde; Internet of Things (IoT) for learning

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Ilmu Tak Mengenal Batas: menulis ilmiah menjadi hak setara bagi mahasiswa difabel

25 Juni 2025   17:35 Diperbarui: 30 Juni 2025   18:29 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendampingan Penulisan Artikel Ilmiah untuk Mahasiswa Difabel (Sumber: ULDKM UMPWR)

Apakah setiap mahasiswa harus menyelesaikan kuliah dengan skripsi? Pertanyaan ini mengemuka kembali dalam sebuah pelatihan penulisan artikel ilmiah di Universitas Muhammadiyah Purworejo. Yang menjadikannya berbeda adalah peserta utamanya: para mahasiswa difabel, yang selama ini menghadapi tantangan berlapis dalam menyelesaikan tugas akhir.

Pelatihan yang berlangsung selama dua hari ini bukan sekadar mengajarkan teknik menulis ilmiah. Ia menjadi ruang aman untuk mendiskusikan kemungkinan baru: bahwa tugas akhir tak harus berupa skripsi konvensional. Publikasi ilmiah bisa menjadi bentuk skripsi yang sah, akademis, dan bermakna, terutama bagi mereka yang mengalami keterbatasan fisik atau komunikasi.

Skripsi: Momok atau Medium Berkarya?

Selama bertahun-tahun, skripsi telah menjadi tolak ukur kelulusan mahasiswa. Namun, benarkah satu format bisa mewakili semua kecerdasan dan kapasitas mahasiswa? Dalam praktiknya, skripsi seringkali lebih menekankan formalitas daripada substansi. Dan bagi mahasiswa difabel, format ini bisa menjadi tembok penghalang yang tinggi, bukan jalan pembuka menuju dunia akademik.

Justru di sinilah seharusnya peran kampus sebagai institusi pendidikan yang inklusif. Bukan hanya menyediakan fasilitas fisik seperti jalur kursi roda atau juru bahasa isyarat, tetapi juga kebijakan akademik yang adil dan adaptif. Termasuk membuka kemungkinan bahwa tugas akhir bisa berupa artikel ilmiah, karya cipta, proyek komunitas, atau bentuk lain yang sepadan secara akademik.

Bebas Skripsi: Solusi atau Jalan Pintas?

Kebijakan “bebas skripsi” memang memicu banyak perdebatan. Tidak sedikit yang khawatir hal ini akan menurunkan standar akademik. Namun dalam konteks mahasiswa difabel, kebijakan ini tidak layak disebut jalan pintas. Sebaliknya, ini adalah bentuk penghormatan atas keragaman kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studi mereka.

Menulis artikel ilmiah, apalagi untuk jurnal terakreditasi, bukan pekerjaan mudah. Ia menuntut riset mendalam, ketajaman berpikir, serta keahlian dalam menyampaikan argumen secara logis dan sistematis. Dalam banyak hal, proses ini bahkan lebih menantang dibanding skripsi tradisional.

Mahasiswa difabel yang memiliki pengalaman hidup unik justru berpotensi memberikan kontribusi yang lebih kaya dalam dunia keilmuan. Tulisan mereka bisa menghadirkan perspektif baru, empati, serta narasi akademik yang selama ini luput dari perhatian.

Langkah Nyata Menuju Pendidikan Inklusif

Pelatihan penulisan artikel ilmiah ini menjadi bentuk nyata komitmen untuk mendorong pendidikan tinggi yang inklusif. Bukan hanya teori atau slogan, tetapi melalui langkah konkret: memberikan bimbingan, membangun kepercayaan diri, serta menyediakan akses ke jalur publikasi ilmiah.

Dengan pendekatan personal, para dosen pendamping tidak hanya mengajarkan struktur penulisan akademik, tetapi juga mendorong mahasiswa untuk menulis dari pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki. Suara mereka penting. Cerita mereka valid. Gagasan mereka layak untuk didengar dan disebarluaskan.

Pendidikan Tinggi yang Memanusiakan

Tujuan akhir pendidikan bukan sekadar kelulusan atau nilai. Ia seharusnya memberi ruang bagi setiap individu untuk tumbuh, mengembangkan potensi, dan menyuarakan pikirannya dalam bentuk yang paling sesuai. Dalam konteks ini, tugas akhir tidak harus seragam. Yang penting adalah proses berpikir, refleksi, dan kontribusi ilmiah yang bisa dibuktikan dalam berbagai bentuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun