Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Lupakan Nikmat yang Satu Ini!

17 Februari 2023   09:31 Diperbarui: 17 Februari 2023   09:45 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://id.pinterest.com/pin/765260161660662916/

Dalam kehidupan ini, kita senantiasa diliputi rasa syukur atas berbagai kenikmatan yang Allah Swt berikan kepada para makhluk-Nya.
Nikmat iman, nikmat silaturahim, nikmat sehat, nikmat pandangan dan pendengaran yang baik, dan lain sebagainya.

Ada satu nikmat yang terkadang terlupakan oleh manusia, yaitu nikmat ketentraman hati. Sebuah kenikmatan yang tidak dapat dibeli dengan nilai apapun.

Ketika kita melihat seseorang memiliki jabatan tertentu dalam karirnya dan dengan jabatannya ia diuji, tidak lulus menjalani ujian jabatan yang disandangnya, lalu akhirnya kena cobaan berupa kasus, misalnya, maka hal tersebut menjadi gambaran agar menjadikan kita jangan iri soal jabatan atau posisi orang tersebut. Karena dibalik posisi atau jabatan tertentu, kita tidak tahu konsekuensi yang disandangnya.

Kita melihat pejabat seperti Presiden, Menteri, Jenderal atau artis dan figur publik lainnya yang mendapatkan pengamanan dan pelayanan sedemikian rupa, juga berpenampilan keren di media sosial. Kita tidak tahu apa yang dipikirkan, diresahkan, ketidaknyamanan, beban mental yang disandangnya. Kita pun tidak mengetahui isi hati yang dirasakannya atas posisi yang melekat saat itu.

Nah, apa sih yang dicari manusia di dunia ini? 

Sebuah pertanyaan mendasar yang timbul pada diri setiap insan. Apabila yang dicari dan dibutuhkan adalah bahagia, dimana letaknya kebahagiaan itu?

Disadari atau tidak, diterima atau tidak, kebahagiaan itu terletak di dalam hati kita.

Barangkali anda pernah mengalami situasi dan kondisi saat tidak memiliki dana memadai untuk kebutuhan hidup sehari-hari, uang mepet tak mencukupi, lalu tetiba Anda teringat ada istri yang setia mendampingi, anak-anak yang membanggakan dengan prestasi di sekolah, taat dan patuh kepada Anda sebagai orang tua. Hal ini lalu menyelinapkan rasa bahagia di hati dan Anda mengucap syukur karenanya, maka itulah nikmat ketenteraman. Itulah rezeki yang Allah Swt berikan pada Anda.

Rezeki tak melulu berupa harta benda, bukan pula harus berupa ketenaran bak seorang selebriti, tetapi juga kenikmatan mendapatkan karunia-Nya. Bisa jadi kita berpikir, betapa menyenangkan menjadi orang terkenal, dimintai foto bersama khalayak. Apabila kepopuleran bisa menjadi dasar kebahagiaan, tidak mungkin Michael.Jackson meninggal gara-gara ketenarannya. Lagi-lagi, bahagia itu karena adanya nikmat rasa tenteram.

Mari kita cek ulang, bagaimana supaya hati menjadi tenteram sehingga kita benar-benar nyaman dan damai merasakan kenikmatan tersebut?

Sebagai umat yang percaya dan yakin kepada Allah Swt, maka kita perlu perbanyak wirid dan dzikir. Membaca kutipan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang telah ditetapkan. Rasulullaah Saw mengajarkan kepada kita, sebaiknya lakukan sesudah sholat wajib maupun sunnah, serta senantiasa mengingat Allah Swt dimanalun berada, baik dalam keadaan sedih maupun bahagia, sempit maupun lapang.

Bidik layar kutipan QS.Ar-Ra'd ayat 28 (Dok.Pri)
Bidik layar kutipan QS.Ar-Ra'd ayat 28 (Dok.Pri)


Dengan tulisan ini izinkan saya mengajak para pembaca dan juga sebagai pengingat diri saya pribadi bahwa kita patut bersyukur dengan apa yang telah kita miliki dan nikmati saat ini. Bukan merasa iri dengan apa yang telah orang lain punyai.

Ada orang yang bersibuk diri dengan mengamati kesenangan orang lain, hingga melupakan kebahagiaan dirinya sendiri. Boleh sih iri atas kesuksesan orang lain sehingga memacu semangat diri kita untuk meraih sukses. Tetapi belum tentu orang tersebut bahagia dengan kesuksesannya dan justru iri dengan kebahagiaan Anda yang adem tenteram hidup berumah tangga. Dan, baginya, itu adalah kesuksesan Anda dalam merawat mahligai perkawinan.

Ya, benar, ojo dibanding-bandingke, saing-saingke, yo mesthi kalahe.
Merasa kalah, merasa sebagai pecundang dalam urusan dunia, membuat rasa gundah dan hilang ketenteraman di hati.

Kita seakan melihat rumput tetangga lebih hijau daripada rumput pekarangan sendiri. Padahal kita juga gak tahu, rumput sebelah yang lebih hijau tadi, punya tagihan listrik, utang yang harus dibayar, cicilan yang harus diselesaikan. Juga tanggung jawab yang harus diemban, melaksanakan amanah yang tidak ringan. Kita tak melihat itu dari rumput tetangga yang laksana lebih subur dari taman rumah kita.

Bolehlah kita iri pada amal salih perbuatan seseorang untuk memacu semangat kita beribadah dan menyempurnakan amal dengan lurus niat karena Allah Swt.

Nikmat ketenteraman hati tidak bisa dibeli dengan uang. Para koruptor yang punya uang bejibun sekalipun, tak sanggup.membeli ketentaraman hati lantaran takut miskin, khawatir tertangkap basah dan menjalani proses hukum, was-was dengan keadaan keluarga yang ditinggalkan selama menghuni sel. Lalu selama dalam lembaga pemasyarakatan, ia mengikuti kajian, mendapatkan pencerahan dengan menyimak tausiyah, ia berucap istighfar, kembali memgingat Allah Swt, bertobat, dan menyelinap rasa tenteram dan damai di hati.

Itulah mahalnya rasa tenteram yang bisa jadi seseorang bisa menikmatinya setelah menebusnya dengan pengalaman pahit.

Saya pun pernah mengalami hal demikian. Orang lain beranggapan saya bahagia bekerja di sebuah perusahaan asing dengan posisi bagus dan bergaji lumayan besar di saat itu. Namun ada rasa kurang nyaman dan tenteram ketika harus meninggalkan anak yang masih balita, menitipkannya kepada keluarga lain, karena tuntutan pekerjaan. Hingga kemudian saya memutuskan mengundurkan diri dengan meminta restu suami dan mendapatkan pekerjaan lain yang membuat saya bahagia melakukannya, pun masih bisa membersamai anak di sela kesibukan harian. Tak mudah meyakinkan suami yang saat itu membutuhkan topangan ekonomi, tetapi saya yakin, rezeki takkan tertukar. Dan, Allah Swt wujudkan keyakinan tersebut hingga membuang rasa khawatir pada keluarga kami.

Jadi salah satu cara yang bisa kita lakukan agar mendapatkan kebahagiaan adalah dengan selalu mengingat Allah Swt. Sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengingat-Nya, tidak harus dengan berdzikir dan sholawat. Meniatkan semua yang kita lakukan untuk beribadah pada Allah Swt adalah hal paling mudah yang bisa kita lakukan.

Semoga bermanfaat dan salam jumat berkah. In syaa Allah ketenteraman dan kedamaian menyelimuti hati para pembaca sekalian.

Salam sehat dan selalu bahagia.

***

Artikel 18 - 2023

Sumber: Ceramah Sasisoma (Obrolan Sana Sini Soal Agama) bersama Ustaz Munif Tauhid di Siniar GeronimoFM

#Tulisanke-463
#ArtikelHumaniora
#NikmatKetenteraman
#NulisdiKompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun