Mohon tunggu...
Susilawati
Susilawati Mohon Tunggu... Dosen - Penggiat Medsos. Sadar Berbangsa dan Bernegara. Jadilah pemersatu.

Penggiat Medsos. Sadar Berbangsa dan Bernegara. Jadilah pemersatu.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Polisi Berasal dan Bagian dari Rakyat

11 Oktober 2020   13:00 Diperbarui: 11 Oktober 2020   13:04 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Akibatnya kerusakan yang dilakukan para anarko tersebut sangat merugikan, seperti yang terjadi di DKI Jakarta terbakarnya beberapa halte dan fasum lainnya diperkirakan kerugian mencapai Rp. 65 milyar belum termasuk kerugian immaterial seperti korban luka dari pihak pendemo dan petugas kepolisian.

Rangkaian kejadian demo seperti ini selalu menjadikan polisi sebagai sasaran mereka, padahal polisi harus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai penjaga keamanan publik/masyarakat, agar terminimalisir dampak buruk lebih besar dan demo anarkis dapat berhenti.

Namun karena polisi yang memiliki tugas berhadapan langsung dengan para pendemo agar terhenti tindakkan yang merusak dengan cara menghalau mereka dengan gas air mata atau menyemprot air dengan water canon agar terpecah kumpulan mereka dan mundur. Upaya ini kadang berdampak luka pada para demonstran dan disinilah polisi sering disalahkan oleh masyarakat yang dianggap bukan melindungi tetapi justru melukai rakyat.

Polisi itu juga rakyat, jika semua sadar dan mau membuka pikiran, pada akhirnya rakyat dengan rakyatlah yang diadu/dibenturkan sebenarnya (para pendemo dengan polisi).

Saat terjadinya kerusuhan atau bentrok sulit menghindari sikap tidak agresif dan saling pukul atau menendang walau itu tidak diharapkan karena terpancing suasana. Sebaiknya menjauh dari kondisi seperti ini daripada jadi sasaran ketidak sengajaan dari keadaan yang tak terkendali.

Menjadi pertanyaan berikutnya, mengapa hingga kini pola berdemo belum mengalami perubahan lebih damai, tertib agar dapat fokus pada apa yang diperjuangkan. Dulu Demo identik dengan kekerasan seharusnya saat ini lebih memiliki kesadaran sebagai warga negara yang memiliki peran dan tanggung jawab sama harus menjaga sikap dan perilaku.

Apakah menyenangkan melakukan tindakkan demikian seolah-olah dalam keadaan perang melawan musuh sehingga sikap heroik mereka muncul dan mereka sangat menikmati suasana tersebut tetapi dengan mengorbankan pihak-pihak lain.

Dalam hal ini para buruh/tenaga kerja yang demo juga keberatan jika demo mereka disusupi hal demikian, secara tidak langsung memalukan mereka padahal mereka sudah tertib dalam melakukan aksi demo.

Wajar saat ini jika para pelaku perusakan tersebut ditangkap polisi serta ditahan dan diberikan sanksi tegas serta untuk mengetahui motivasi mereka ikut demo dan siapa yang menggerakkan mereka, hampir merata jawaban mereka tidak paham dengan apa yang diperjuangkan.

Jika sudah begini seringkali polisi jadi sasaran kemarahan masyarakat karena terlihat polisi memukuli para  pendemo, masyarakat hanya melihat sepihak bahwa polisi tidak akan melakukan tindakkan demikian jika tidak dimulai dari pendemo.

Polisi juga rakyat, mereka memiliki rasa kebatinan yang sama dengan masyarakat umumnya oleh karena itu yang dilakukan polisi dalam batas wajar atau SOP, tapi jika ada korban luka berat sulit terhindar dalam situasi riskan begini biasanya ada satu dua kejadian, secara umum sudah tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun