Mohon tunggu...
Sirilus Yekrianus
Sirilus Yekrianus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa STFT Widya Sasana Malang

Menjadi Mencintai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kemenangan--Memulai

1 Oktober 2021   10:35 Diperbarui: 1 Oktober 2021   10:44 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sembari menikmati segelas kopi sore, tanpa saya duga topik kemenangan dalam sepak bola diutarakan lagi oleh sebab munculnya sebuah pertanyaan lugu: Bagaimana kemenangan seharusnya dirayakan, bro?

Mula-mula yang harus disadari bahwa kemenangan bukan datang dengan sendirinya. Ia hanya dialami sejauh dihasrati, diperjuangkan dan yang tak kalah pentingnya ia mesti dipertahankan. Nah, teranglah sudah, satu cara merayakan kemenangan adalah dengan mempertahankan kemenangan sebelumnya lalu meraih kemenangan selanjutnya. Inilah bahasa lain dari apa yg disebut 'membangun sikap visioner'. Pribadi visioner tahu bahwa kemenangan hari ini tidak cukup, karenanya ia mulai mempersiapkan kemenangan barunya. Kemenangan hari ini baginya adalah alasan untuk menang pada esok dan selanjutnya.

Jika demikian, tanpa kita sadari, inilah wujud dari  sifat manusia yang pada dasarnya suka melestarikan situasi yg menyenangkan dalam hidupnya. Bahkan jika itu terkait pada ke-eksisan dan popularitasnya, tak ayal hal itu dipertahankan meski  dengan perjuangan ekstra dari sebelumnya.

Yah perjuangan. Lagi-lagi perjuangan ditekankan, yang  masih sekandung dengan kerja keras. Dan, kabar baiknya, tak perlu bakat untuk bekerja keras, sebab kemenangan berasal dari berani memulai. Memang tidak ada yang lebih sulit dalam hidup ini daripada memulai. Akan tetapi sejuta keinginan dan kemajuan dalam hidup hanya dapat diraih dari keberanian memulai.

Di sini kualitas hidup bermula. Dari dalam diri. Namun, tak sedikit orang merasa telah sampai padahal ia baru memulai. Lalu tanpa diduga, ia berhenti dengan alasan lebai. Anda tahu, orang semacam itu adalah mereka menyelingkuhi komitmennya dan merupakan wujud dari kesia-siaan pola pikir yang kerdil dan pola sikap beku. Menyedihkan, bukan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun