Mohon tunggu...
Jhon Sinurat
Jhon Sinurat Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Nama aku Sinurat John, teman-teman suka panggil aku bung Nurat. Aku orangnya simple, apa adanya, pemalu, rendah hati, dan tidak sombong.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mobil Esemka Itu Hanya Proyek Orang Kampung

9 Januari 2012   03:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:09 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sekarang orang Indonesia lagi demam masalah mobil Esemka, mereka bangga karena kata mereka “Orang Indonesia juga bisa buat mobil sendiri.” Tapi apa perlu seperti yang terjadi sekarang, gembar gembor sana sini?

Mobil Esemka itu menurut aku adalah proyek biasa, tidak ada yang istimewa di situ. Dulu di kampung aku beberapa petani merubah pedati mereka yang awalnya ditarik kebo, kini dijalankan dengan mesin, mesinya dirakit dari mesin motor bekas. Tidak ada yang istimewa di situ, jadi kalau petani aja bisa merakit pedati bermesin, kenapa anak Esemka yang merakit mobil itu dianggap sesuatu yang wah? Yah wajarlah orang-orang Esemka itu bisa, mereka ada fasilitas, walau tidak modern tapi jauh lebih baik dari orang-orang di kampung aku sana. Orang kampungku itu fasilitas yang digunakan untuk merakit pedati bermotor itu hanya apa adanya saja.

Orang Indonesia yang bisa ngebuat Esemka itu ibarat anak bayi yang sudah bisa berjalan, tidak ada yang istimewa di situ. Justru sebagai orang Indonesia kita harus malu, negara tetangga anaknya usia 7 bulan sudah bisa jalan, anak kita usia menjelang 16 tahun baru bisa jalan. Apa gak malu tuh namanya?

Aku pikir akan lebih bijak kita bersikap biasa saja. Tentu kita harus dukung semangat anak-anak muda kita yang mau merakit mobil itu, tetapi biasa-biasa sajalah. Dukunglah dari belakang, gak usah gembar-gembor sana sini – malu kita! Iya kalau itu mobil Esemka memang layak jalan nantinya, gimana kalau ntar terbukti tidak layak jalan, remnya blong, mesinnya gampang panas dan akhirnya ngadat, dan sejenisnya? Malulah kita, lagi-lagi kita akan jadi bangsa makian anak-anak negara sebelah. Ntar kayak itu PT DI (Dirgantara Indonesia), pesawat jatuh melulu atau pesawatnya ditukar sama beras oleh Thailand – malu kan? Mereka akan mencibir dan semakin merendahkan kita orang Indonesia, negara pengexport babu kata mereka.

Baiklah, dari kalangan Kompasianer mungkin ada yang bilang bahwa aku ini hanya bisa ngomong doang. Tidak, aku tidak asal ngomong doang. Aku ini orangnya yang praktis-praktis saja, gak mau ngayal yang macam-macam dulu. Aku ini adalah bisa dibilang seseorang yang bangga menjadi diri sendiri, aku makan dari apa yang aku bisa makan. Aku membuka toko dengan hasil jerih payah aku sendiri, aku tidak makan uang rakyat. Nah itulah yang aku bisa perbuat bagi bangsa dan kontribusi lain bagi negara adalah aku bisa membuka lapangan kerja bagi 23 orang yang aku bisa kasih gaji secukupnya, walau masih minimal tapi aku sudah bisa membuat dapur orang lain ngebul – inilah kontribusi aku, dan aku ini tidak modal ngomong doang.

Kalau saran aku, orang Indonesia seharusnya konsentrasi untuk memaksimalkan apa yang ada dulu. PT DI, PT PINDAD, PT INKA, PT KANZEN, POLYTRON, dan banyak industri strategis lainnya – kalau ini dulu bisa kita maksimalkan produksinya baik dari segi kualitas dan kuantitas, yang lain pasti akan nyusul deh.

Sudahlah, biarkan Esemka tumbuh secara alamiah – gak usah dikarbit. Walau kita memang wajib untuk memberi wadah untuk Esemka bisa tumbuh dan matang, janganlah dikarbit, biarkan waktu yang membuat mereka matang.

Indonesia itu negara yang so complicated, pemerintahnya lemah, tidak punya wibawa. Boro-boro mau tandingi negara tetangga, ngadapin ormas-ormas yang brutal aja gak berani, takut. Bahkan sesuatu yang sudah tegas posisi hukumnya aja, Pemerintah masih takut-takut. Gimana mau ngadapin negara tetangga?

Kalau aku bilang goblok, rasanya gimana ya??? –oknum pemerintahnya itu sebenarnya gak goblok, mereka lulusan-lulusan terbaik di Universitas mereka masing-masing, baik di dalam maupun luar negeri. Tapi mereka gak punya tujuan yang kolektif bagi kemajuan bangsa, mereka hanya punya tujuan untuk dapur masing-masing saja. Selama orang-orang ini masih sibuk untuk urusan perut mereka masing-masing, bangsa ini akan begini begini saja – jalan di tempat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun