Mohon tunggu...
Sintya Widyaswari
Sintya Widyaswari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Saya seorang individu yang penuh rasa ingin tahu akan banyak hal dengan penuh semangat untuk setiap langkah pengalaman baru yang akan saya lalui. Saya seorang individu yang mampu belajar akan hal baru dan tidak akan takut akan setiap langkah demi langkah yang akan saya hadapi. Saat ini saya sedang menempuh program studi Kebidanan pada Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, saat ini saya baru saja menempuh semester 1 dengan artian semua dunia perkuliahan asing bagi saya. Alasan saya memilih program studi ini dikarenakan saya memiliki minat di bidang kesehatan yang akan membawa saya terjun dengan masyarakat. Saya senang sekali ketika bersosialisasi dengan masyarakat banyak, itupun menjadi alasan saya memilih prodi ini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Ma'Nene

29 Agustus 2023   12:07 Diperbarui: 29 Agustus 2023   12:10 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seperti yang kita semua ketahui bahwa di Indonesia sangat beragam adat istidat yang tersebar dari  Indonesia bagian timur hingga Indonesia bagian barat. Melipir ke Sulawesi Selatan yang memiliki banyak budaya dan juga tradisi-tradisi unik  tepatnya di daerah Toraja yaitu terdapat tradisi adat yang bernama  Ma'nene, Ma sendiri memiliki artian merawat sedangkan Nene ialah mayat. Jadi Ma'Nene ialah tradisi adat yang berupa pembersihan jenazah yang sudah wafat ataupun meninggal dan biasanya telah berusia belasan tahun, puluhan bahkan ratusan lamanya yang kemudian jenazah tersebut akan dibersihkan jenzahnya dan akan digantikan pakaian ebelum mayat ditaruh ke dalam  peti kembali.

Asal mula Ma'nene berawal dari Pong Rumasek yaitu seorang pemburu yang saat itu datang ke Pegunungan Bala dan pada saat disana Pong secara tidak sengaja menemukan jasad manusia yang kemudian Pong membawa jasad manusia tersebut ke tempatnya untuk di pakaikan pakaian yang layak dan juga dikuburkan secara manusiawi di tempat yang aman. Dari peristiwa tersebut Pong mendapat berkah secara terus menerus, hasil tanaman ladang dan pertanian miliknya menjadi panen lebih awal dari waktu yang biasanya panen dan juga pada saat ia berburu hasil buruannya secara mengherankan hasil buruannya dapat ia dapatkan dengan sangat mudah. Dan dari kejadian tersebut Pong beranggapan bahwasannya manusia yang sudah meninggal dan tidak berbentuk sekalipun harus diperlakukan selayaknya manusia hidup agar dapat beristirahat dengan aman dan nyaman. Pong kemudian berwasiat terhadap masyarkat setempat untuk terus melanjutkan ritual Ma'Nene itu agar tetap terus terjaga dengan terus melaksanakan ritual agar terjalannya kseimbangan alam dan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur atau terhadap nenek moyang.

Pertanyaan yang akan muncul di benak masyarakat luar Toraja yaitu bagaimana bisa mayat berumur puluhan bahkan ratusan bisa utuh tulang belulangnya dan tidak terpisah pisah. Pengawetan dilakukan agar terjaganya setiap bagian bagian tubuh sang mayat. Biasanya pengadaan ritual ini yaitu pembersihan mayat biasanya dilakukan 3 tahun sekali dan juga dilakukan pada bulan agustus ataupun sebelum masa panen tiba, karena masyarakat setempat meyakini bahwa jika dilakukannya ritual tersebut maka akan mendatangkan banyak rejeki dengan memohon restu terhadap nenek moyang atau leluhur  yang akan dilaksanakannya ritual pembersihan jenazah dan begitu pula sebaliknya jika ritual ini tidak dilaksanakan masyarakat meyakini bahwa mereka akan mengalami kerusakan pada hasil panen di ladang maupun sawah mereka dan juga biasanya kerusakan disebabkan oleh hama.

Adapula cara ritual pelaksanan  Ma'Nene, pertama masyarakat akan mendatangi para leluhur mereka di pemakaman Patane di Lembang Paton, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Kemudian, para tetua disana atau disebut juga dengan Ne'tomina akan membacakan doa dalam bahasa Toraja kuno sebelum akhirnya peti diangkat dan di buka untuk di bersihkan mayatnya dari ujung kepala sampai ujung kaki, biasanya menggunakan kuas untuk membersihkannya dan setelah pembersihan mayat akan digantikan pakaiannya kembali. Yang uniknya selama proses ritual tersebut sebagian kaum lelaki akan membuat lingkaran untuk menari dan bernyanyi dengan syair yang melambangkan kesedihan adapula tujuannya untuk menyemangati sang keluarga yang ditinggalkan terlebih  dahulu.

Ada yang menarik lagi tentang Toraja, mayat mayat utuh pertama kali ditemukan di gua yang berada di Desa Sillanan, Tana Toraja, Sulawesi Selatan pada tahun 1905, mayat tersebut ajaibnya sama sekali tidak berbau padahal mayat-mayat tersebut tidak diberi balsem maupun diberi ramuan untuk diawetkan. Masyarakat setempat berpendapat bahwa terdapat kandungan zat pada gua yang khasiatnya dapat mengawetkan mayat-mayat tersebut.

Masyarakat Toraja meyakini bahwasannya leluhur mereka yang suci tersebut berasal dari langit dan bumi dan maka dari itu mereka meyakini bahwa tak semestinya mayat dikuburkan di dalam tanah karena kesucian bumi akan terusak yang akan menyebabkan terganggunya kesuburan pada bumi. Dari ritual Ma'Nene kita dapat mengambil pelajaran bahwasannya mayat yang sudah meninggal sekalipun tidak semestinya diperlakukan buruk ataupun tidak di rawat dengan baik. Sampai saat ini masyarakat Toraja tetap terus melestarikan atau melanjutkan ritual Ma'Nene yang di wariskan oleh Pong Rumasek dan sudah banyak masyarakat luar Toraja yang menyaksikan akan keunikan Tradisi Ma'Nene tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun