Surabaya - Di balik aroma khas terasi yang menggoda selera, tersimpan kisah perjuangan pengrajin pesisir yang masih mengandalkan cara-cara manual. Kini, berkat sentuhan teknologi Industri 4.0 dari Universitas Bhayangkara Surabaya, produksi terasi udang rebon di Tuban siap melaju lebih cepat, efisien dan berkualitas. Sebagai wujud dukungan terhadap Pasal 20 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Universitas Bhayangkara (UBHARA) Surabaya kembali menegaskan komitmennya pada riset dan inovasi. Melalui program Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) tahun 2025 yang didukung Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, DPPM DIKTI-LLDIKTI WILAYAH VII No: 128/C3/DT.05.00/PL/2025, Tanggal: 28-May-25; LLDIKTI WILAYAH VII--UNIVERSITAS No: 008/LL7/DT.05.00/PL/2025, Tanggal: 28-May-25; LPPM-PENELITI 001/VI/2025/LPPM/PL/UBHARA, Tanggal: 04-Jun-25.
UBHARA mengembangkan prototipe mesin penggiling terasi berbasis teknologi Industri 4.0 untuk membantu para pengrajin olahan ikan laut di pesisir Jawa Timur. Penelitan ini diketuai sekaligus diinisiasi oleh Prof. Dr. Mahmudah Enny Widyaningrum, Dra.Ec., M.Si dengan visi, kepemimpinan dan komitmennya berhasil menyatukan beragam keilmuan lintas disiplin. Sinergi ini melahirkan sebuah purwarupa inovatif yang tidak hanya relevan secara akademis, tetapi juga aplikatif untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan industri. Mengusung pendekatan Creating Shared Value (CSV) konsep yang menggabungkan penciptaan nilai ekonomi sekaligus sosial. Dengan dukungan tim lintas kampus seperti Yoga Adi Prayogi, SE., Ak., MA. (UBHARA Surabaya), Eka Saputra, S.Pi., M.Si. (UNAIR Surabaya), Diana Evawati, S.Pd., M.Kes. (UNIPA Surabaya), dan Andre Ridho Saputro, S.T., M.MT. (Universitas Muhammadiyah Surabaya), inovasi ini diharapkan mampu menjawab tantangan nyata di lapangan.
Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan 70% wilayah laut dan kekayaan terumbu karang yang mendunia, menyimpan potensi luar biasa pada sektor olahan hasil laut. Salah satunya adalah terasi udang rebon produk khas pesisir yang banyak dihasilkan di Jawa Timur, termasuk unggulan Kabupaten Tuban. Palang Tuban, Jawa-Timur terdapat sekitar 30 pengrajin yang mampu mengolah hingga 200 kg udang rebon basah per hari. Sayangnya, sebagian besar proses produksi masih dilakukan secara manual, sehingga memakan waktu, melelahkan dan sering kali menghasilkan mutu produk yang tidak seragam.
"Dengan otomasi sederhana berbasis teknologi Industri 4.0, kami berharap produktivitas meningkat, kualitas produk lebih konsisten, dan beban kerja pengrajin berkurang," ujar Prof. Enny.Â
Salah satu pengrajin terasi di Desa Karang Agung Ronie, mengaku gembira dengan inovasi ini. "Kalau pakai alat baru ini, kami tidak perlu lagi menggiling seharian sampai pegal. Hasilnya juga lebih halus dan rata, jadi kualitas terasinya lebih bagus," ujarnya sambil tersenyum.Â
Senada dengan itu, Yoga Adi Prayogi, anggota tim peneliti, menegaskan bahwa inovasi ini akan menjadi game changer bagi industri terasi lokal. "Mesin ini tidak hanya soal teknologi, tapi juga soal membuka peluang ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat pesisir," katanya.Â
Diana menambahkan "Purwarupa ini sudah mendukung proses pengolahan pangan secara lebih efisien dan higienis Good Manufacturing Practices (GMP) hal yang perlu diperhatikan adalah konsistensi hasil olahan, mulai dari bentuk, ukuran, hingga kematangan produk, agar kualitasnya seragam. Selain itu, suhu, waktu proses dan teknik penanganan bahan harus diatur secara tepat untuk mempertahankan cita rasa, warna dan nilai gizi. Semua permukaan yang bersentuhan dengan bahan pangan harus mudah dibersihkan dan tidak menyerap bau, untuk mencegah kontaminasi silang. Jika semua parameter tersebut dijaga, purwarupa ini berpotensi menghasilkan produk yang tidak hanya menarik secara visual tetapi juga aman, lezat dan bernilai jual tinggi".Â
Menurut Eka purwarupa "ini selaras dengan kebutuhan pengolahan hasil perikanan, khususnya dalam menjaga mutu dan keamanan produk. Penting untuk memastikan bahwa semua komponen yang bersentuhan langsung dengan bahan baku menggunakan material food grade yang aman dan mudah dibersihkan. Proses kerja alat juga harus mampu mempertahankan sifat organoleptik ikan seperti tekstur, aroma dan rasa. Selain itu, perlu dilakukan uji daya simpan produk untuk memastikan hasil olahan tetap memenuhi standar mutu hingga sampai ke konsumen. Dengan memenuhi aspek higienitas, efisiensi dan kualitas produk purwarupa ini akan menjadi inovasi yang bermanfaat bagi pelaku usaha pengolahan ikan."
Purwarupa ini sudah menunjukkan konsep kerja yang tepat dan mampu merepresentasikan fungsi utama yang diinginkan. Namun, dari sisi teknik permesinan industri, ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan. Pertama, dimensi dan ergonomi perlu dioptimalkan agar alat mudah dioperasikan, tidak membebani operator, serta mampu membuat sistem kerja yg aman, nyaman, dan sehat. Kedua, pemilihan material harus mempertimbangkan kekuatan, ketahanan aus, keamanan bahan, dan ketersediaan di pasaran untuk memudahkan produksi massal. Ketiga, sistem transmisi dan mekanisme kerja sebaiknya diuji untuk memastikan efisiensi energi dan meminimalkan getaran atau kebisingan. Terakhir, perlu disiapkan rencana preventive maintenance agar keandalan alat tetap terjaga saat digunakan secara berkelanjutan, lanjut Ridho anggota tim dari disiplin ilmu teknik industri.Â
Dari perspektif manajemen pemasaran Dr. Muslichah Erma Widiana, Dra.Ec., MM menyampaikan "Dengan value proposition yang jelas, efisiensi tinggi, kualitas konsisten dan standar higienitas mesin ini berpotensi memberikan lompatan signifikan bagi produsen terasi. Strategi pemasaran yang memadukan promosi teknologi, keunggulan kualitas dan potensi peningkatan pendapatan akan memperkuat brand positioning serta mendorong penetrasi pasar yang lebih luas, bahkan hingga peluang ekspor."