Kota Bandung dikenal sebagai kota kreatif dengan berbagai inovasi ruang publik. Salah satu bentuk nyata dari semangat ini adalah hadirnya Kampung Katumbiri, yang berarti "pelangi" dalam Bahasa Sunda. Nama tersebut bukan sekadar simbol, melainkan representasi dari keberagaman ekspresi seni dan semangat gotong royong yang menghiasi kampung ini. Melalui seni mural dan partisipasi warga, kampung yang awalnya biasa saja kini menjelma menjadi salah satu ikon visual baru di Bandung---dan bahkan menembus perhatian internasional melalui fotografi.
Sebelum menjadi destinasi wisata, Kampung Katumbiri merupakan kawasan pemukiman biasa yang luput dari sorotan. Namun, perubahan mulai terjadi saat warga mulai menghias dinding rumah mereka dengan lukisan mural. Inisiatif ini lahir dari keinginan untuk menghadirkan lingkungan yang membanggakan dan menyenangkan, baik bagi warga maupun pengunjung.
Dalam wawancara yang dilakukan penulis, Bapak Mulyadi, Wakil Ketua RW sekaligus tokoh masyarakat Katumbiri menyampaikan:
 "Kami ingin kampung ini jadi tempat yang membanggakan, bukan hanya untuk kami, tapi juga siapa pun yang datang dan melihat sendiri."
Langkah awal ini tidak didorong oleh bantuan besar, melainkan oleh semangat gotong royong warga yang rela menyumbang tenaga dan materi. Bahkan ketika cat mulai memudar, warga berinisiatif untuk kembali mengecat ulang dan menjalin koordinasi dengan dinas terkait untuk memperoleh bantuan perawatan.
Transformasi visual yang terjadi di Kampung Katumbiri menarik perhatian para fotografer lokal hingga mancanegara. Setiap sudut kampung ini kini menjadi kanvas hidup yang menyajikan komposisi warna, ekspresi sosial, dan nilai budaya yang autentik. Dalam konteks fotografi, Katumbiri memiliki potensi sebagai lokasi ideal untuk berbagai genre---dari street photography, dokumenter, hingga potret budaya.
Melalui unggahan di media sosial, hasil jepretan dari kampung ini menyebar secara organik dan membawa pesan kuat: bahwa ruang lokal bisa memiliki narasi global jika dikemas secara visual dan otentik. Kampung Katumbiri kini kerap menjadi lokasi hunting foto, kerja sama komunitas fotografi, dan bahkan tugas lapangan mahasiswa seni.
Walaupun inisiatif awal berasal dari masyarakat, keberhasilan Katumbiri tak lepas dari perhatian pemerintah kota. Menurut keterangan narasumber, pemerintah---melalui tanda tangan dari pejabat seperti wali kota dan perwakilan dinas lingkungan---memberikan bantuan material, terutama dalam bentuk cat dan pendampingan teknis. Ini menandakan adanya sinergi antara masyarakat akar rumput dan pemerintah dalam menjaga keberlanjutan proyek.
Selain sebagai spot foto, Katumbiri berkembang menjadi ruang edukatif. Banyak sekolah dan komunitas menjadikan kampung ini sebagai lokasi studi lapangan. Pengunjung dapat belajar langsung mengenai proses pembuatan mural, sejarah kampung, hingga nilai-nilai kolaborasi sosial yang diterapkan warga. Diskusi warga sering dilakukan secara informal, seperti obrolan malam di balai warga atau tempat nongkrong kampung.
Perubahan sosial di Kampung Katumbiri sangat terasa. Menurut Bapak Mulyadi: