Mohon tunggu...
Sindy Destiani Pratami
Sindy Destiani Pratami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai peeps! aku merupakan salah satu mahasiswa di program studi Pendidikan Masyarakat yang mungkin prodi ini masih asing di telinga kalian sekilas aku pun akan berbagi kisah mengenai program studi ku ini. Akupun gemar menulis di buku harian ku yang juga beberapa nya akan aku bagikan melalui halaman ini. Xoxo!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Fatherless dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Anak dalam Perspektif Islam

20 November 2023   14:57 Diperbarui: 20 November 2023   15:02 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tulisan ini dibuat Oleh Sindy Destiani Pratami (2100143) Mahasiswi Pendidikan Masyarakat FIP UPI yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana fenomena fatherless yang hadir ini memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak dalam perspektif islam. 

PENDAHULUAN

Anak merupakan anugerah dan karunia yang dititipkan tuhan kepada setiap orang tua yang diamanahi oleh-Nya. Setiap anak tidak bisa memilih darimana dan oleh siapa dia dilahirkan dan berasal, orang tua nya lah yang dapat memilih siapa yang akan menjadi pasangan nya kelak dalam menjalankan ibadah mulia yaitu pernikahan yang diikat dalam janji suci sehidup semati.

Karakter dan kepribadian anak akan tumbuh dari lingkungan terdekat nya yang dimulai dari keluarga, pengasuhan dan pendidikan bagi anak akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak tersebut. Menurut (Nasikh Ulwan 1992) teladan yang baik dimulai dari orang tua kepada anak (sekitar umur 6 tahun). Sebab kebaikan di waktu kanak-kanak awal menjadi dasar untuk pengembangan di masa dewasa kelak. Dengan keteladanan akan memudahkan anak untuk menirunya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al.Azhab (33) : 21, yaitu:

.

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."


Pendidikan karakter anak sejak dini akan membuat anak terbiasa bersikap baik nantinya, namun sebaliknya jika anak tidak diarahkan dalam pengasuhan dan pendidikan dari kedua orang tua nyam aka dikhawatirkan sikap anak jadi kurang baik. Hal ini membuktikan bahwa pengasuhan dan pendidikan anak dengan adanya kehadiran orang tua akan sangat penting, hal tersebut pun sudah ditegaskan dalam pendidikan Islam dan Al-Quran bahwa ayah maupun ibu harus berperan dalam pengasuhan terhadap anak.
Namun sayangnya, fenomena dan permasalahan yang hadir saat ini kebanyakan berasal dari permasalahan keluarga. Dilansir dalam website databoks.katadata.co.id  pada Minggu, 14 Mei 2023 berita yang berjudul "Kasus Perceraian di Indonesia Melonjak pada 2022, Tertinggi dalam Enam Tahun terakhir." Hal ini membuktikan bahwa pada tahun 2022 jumlah kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus.

Melihat hal tersebut sayangnya tidak semua anak dapat merasakan kehadiran dan sosok kedua orang tua nya. Dan saat ini, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia sebagai negara fatherless. Dunia sedang kehilangan seorang ayah, 'fatherless generation' atau generasi tanpa ayah. Kehilangan kasih sayang seorang ayah walaupun kelihatannya tidak ada masalah, tapi itu merupakan masalah yang amat besar. Karena kasih sayang dari seorang ayah merupakan sumber rasa aman bagi seorang anak di dalam menghadapi perjuangan hidup yang harus dijalaninya kelak. Ketidakhadiran sosok ayah ini bisa disebabkan karena beberapa faktor diantaranya perceraian, permasalahan pada pernikahan orang tua, kematian ayah, masalah kesehatan atau ayahnya yang bekerja di luar daerah. Permasalahan- permasalahan tersebut sering disebut dengan istilah fatherless (Mayangsari & Umroh, 2014). Permasalahan dan fenomena serta dampak fatherless ini mungkin memang tidak kasat mata namun dampaknya sangat amat nyata terhadap perkembangan anak.


Fenomena fatherless juga disebabkan adanya pengaruh budaya lokal terhadap paradigma pengasuhan. Streotipe budaya mempengaruhi pandangan bahwa seorang laki-laki tidak seharusnya merawat anak, tidak terlibat dalam proses pengasuhan. Keseimbangan peran ayah dan ibu dalam keluarga menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Keberadaan ayah sebagai kepala keluarga dalam keluarga dan peran nya untuk anak menjadi penguat dalam suatu keluarga. Dari adanya fenomena tersebut serta didorong dari pengalaman yang dirasakan oleh penulis, menjadi alasan mengapa penulis mengkaji tentang fenomena fatherless dan pengaruhnya terhadap perkembangan anak dalam perspektif islam.

METODE PENELITIAN


Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan alat pengumpul data berupa kajian Pustaka dan kuesioner. Sebagaimana kita ketahui bahwa kajian pustaka merupakan bagian penting dalam melakukan sebuah penelitian. Hal ini karena dengan menggunakan metode penelitian kajian pustaka maka akan memperkuat literatur yang relevan dengan topik yang sedang dibahas atau diteliti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun