Rintangan Implementasi Program Penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat meskipun berbagai program penurunan AKI telah diimplementasikan oleh pemerintah. Artikel ini mengidentifikasi dan menganalisis berbagai rintangan dalam implementasi program penurunan AKI di Indonesia, meliputi aspek geografis, infrastruktur kesehatan, sumber daya manusia, budaya, dan sistem rujukan yang belum optimal. Ketidakmerataan akses layanan kesehatan ibu antara daerah perkotaan dan perdesaan, keterbatasan tenaga kesehatan terlatih, dan faktor sosial budaya menjadi hambatan utama yang perlu diatasi secara komprehensif. Berdasarkan identifikasi rintangan tersebut, artikel ini juga berisi rekomendasi strategis untuk mengatasi hambatan implementasi program penurunan AKI di Indonesia. Pendekatan yang diusulkan mencakup penguatan sistem kesehatan primer, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, inovasi teknologi kesehatan, pendekatan kultural yang sensitif, dan reformasi sistem rujukan maternal. Implementasi rekomendasi ini memerlukan kolaborasi multisektor yang melibatkan pemerintah pusat dan daerah, institusi kesehatan, organisasi masyarakat, serta dukungan mitra pembangunan internasional untuk mencapai target penurunan AKI yang berkelanjutan.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting yang menggambarkan kualitas sistem kesehatan suatu negara dan menjadi fokus dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam menurunkan AKI yang pada tahun 2019 dilaporkan mencapai 177 per 100.000 kelahiran hidup, jauh di atas target SDGs yaitu 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Upaya penurunan AKI di Indonesia telah dilakukan melalui berbagai program seperti Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dan penempatan bidan desa, namun belum menunjukkan hasil yang optimal. Keberhasilan implementasi program penurunan AKI sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sering menjadi rintangan dalam pelaksanaannya. Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau menyebabkan kesenjangan akses terhadap layanan kesehatan ibu yang berkualitas (Widyaningsih et al., 2022).
Keterbatasan sumber daya manusia kesehatan, khususnya tenaga bidan dan dokter spesialis obstetri dan ginekologi, menjadi hambatan utama dalam memberikan layanan kesehatan ibu yang berkualitas. Jumlah tenaga kesehatan terhadap populasi di Indonesia masih di bawah standar WHO, dengan distribusi yang tidak merata antara perkotaan dan perdesaan. Kualitas pelayanan kesehatan maternal juga terhambat oleh kurangnya kompetensi tenaga kesehatan dalam mengidentifikasi dan menangani komplikasi kehamilan dan persalinan secara tepat. Faktor sosial budaya dan ekonomi juga berperan sebagai rintangan dalam implementasi program penurunan AKI. Kepercayaan tradisional mengenai kehamilan dan persalinan, preferensi terhadap dukun beranak, serta rendahnya tingkat pendidikan dan pemberdayaan perempuan memengaruhi perilaku pencarian layanan kesehatan maternal (Yulita et al., 2023). Kemiskinan dan biaya tidak langsung seperti transportasi ke fasilitas kesehatan masih menjadi hambatan akses meskipun program JKN telah meringankan biaya persalinan.
Sistem rujukan maternal yang belum optimal juga menjadi rintangan dalam penanganan kegawatdaruratan obstetri. Keterlambatan dalam mengambil keputusan, mencapai fasilitas kesehatan, dan mendapatkan penanganan yang adekuat (three delays model) masih menjadi penyebab utama kematian ibu di Indonesia. Sistem komunikasi dan transportasi yang terbatas, terutama di daerah terpencil, memperlambat proses rujukan ibu hamil dengan komplikasi ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Implementasi program penurunan AKI juga terhambat oleh lemahnya sistem informasi kesehatan dan surveilans kematian ibu. Pencatatan dan pelaporan kematian ibu yang belum optimal menyebabkan kesulitan dalam mengidentifikasi penyebab dan faktor risiko kematian ibu secara akurat (Afifah et al., 2021). Sistem monitoring dan evaluasi program yang belum terintegrasi menyulitkan penilaian efektivitas intervensi dan pengambilan keputusan berbasis bukti untuk perbaikan program.
Berikut beberapa rintangan terkait implementasi program penurunan angka kematian ibu di Indonesia:
- Rintangan Geografis dan Infrastruktur
Karakteristik geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan banyak daerah terpencil menjadi tantangan besar dalam pemerataan akses layanan kesehatan ibu. Jarak yang jauh ke fasilitas kesehatan, kondisi jalan yang buruk, dan keterbatasan transportasi publik menyebabkan keterlambatan dalam mengakses layanan kegawatdaruratan obstetri. Penelitian oleh Surjaningrum et al. (2022) menunjukkan bahwa ibu hamil di daerah perdesaan memiliki kemungkinan 2,5 kali lebih tinggi mengalami keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan dibandingkan ibu hamil di perkotaan.
- Keterbatasan Sumber Daya Manusia di Bidang Kesehatan
Distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata menjadi rintangan utama dalam implementasi program penurunan AKI. Data dari Kementerian Kesehatan (2023) menunjukkan bahwa rasio bidan di daerah terpencil hanya 10 per 100.000 penduduk, jauh di bawah standar WHO yaitu 25 per 100.000 penduduk. Program penempatan bidan desa menghadapi kendala kondisi kerja yang sulit, infrastruktur terbatas, dan insentif yang kurang memadai. Keterbatasan jumlah dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang sebagian besar terkonsentrasi di kota-kota besar menyebabkan layanan kegawatdaruratan obstetri tidak optimal di daerah perdesaan.
- Hambatan Sosial, Budaya, dan Ekonomi
Faktor sosial budaya berperan penting dalam pemanfaatan layanan kesehatan maternal. Studi oleh Nurrizka dan Wahyono (2022) menunjukkan bahwa 35% ibu hamil di daerah perdesaan masih memilih persalinan ditolong dukun beranak karena faktor kepercayaan, kenyamanan, dan kedekatan budaya. Pengambilan keputusan dalam keluarga yang masih didominasi oleh suami atau mertua sering menghambat akses ibu hamil ke layanan kesehatan formal, terutama dalam situasi kegawatdaruratan. Tingkat pendidikan perempuan yang rendah berkorelasi dengan rendahnya kesadaran tentang tanda bahaya kehamilan dan persalinan, sehingga mengurangi kesiapan menghadapi komplikasi.
- Sistem Rujukan Maternal yang Belum Optimal
Keterlambatan dalam sistem rujukan maternal masih menjadi penyebab utama kematian ibu di Indonesia. Penelitian Setyowati et al. (2023) menemukan bahwa 65% kasus kematian ibu terjadi akibat keterlambatan dalam sistem rujukan, dengan rata-rata waktu rujukan mencapai 4-6 jam di daerah terpencil. Koordinasi antar tingkat layanan kesehatan yang lemah dan tidak adanya protokol rujukan yang terstandarisasi menyebabkan penanganan kasus komplikasi tidak efektif dan efisien. Keterbatasan ambulans dan tenaga kesehatan pendamping selama proses rujukan juga meningkatkan risiko kematian ibu selama perjalanan ke fasilitas rujukan.
- Kelemahan Sistem Informasi dan Surveilans
Sistem pencatatan dan pelaporan kematian ibu di Indonesia belum dapat optimal dalam menghasilkan data yang akurat dan tepat waktu. Audit maternal-perinatal sebagai mekanisme untuk mengidentifikasi penyebab dan faktor risiko kematian ibu belum diimplementasikan secara konsisten di semua daerah. Pemanfaatan data untuk pengambilan keputusan dan perbaikan program juga masih terbatas akibat kapasitas analisis data yang rendah di tingkat kabupaten/kota (Rahmawati et al., 2023).
Berikut rekomendasi untuk mengatasi rintangan terkait implementasi program penurunan angka kematian ibu di Indonesia
- Penguatan Sistem Kesehatan Primer
Penguatan sistem kesehatan primer merupakan strategi fundamental untuk mengatasi rintangan dalam implementasi program penurunan AKI. Peningkatan infrastruktur Puskesmas dan Pos Kesehatan Desa perlu menjadi prioritas, terutama di daerah terpencil dan kepulauan (Triyana & Shankar, 2021). Alokasi anggaran kesehatan yang berkeadilan dengan mempertimbangkan indeks kesulitan geografis dapat mengurangi disparitas fasilitas kesehatan antar wilayah. Integrasi layanan kesehatan ibu dalam sistem JKN perlu ditingkatkan dengan memastikan semua ibu hamil memiliki akses ke asuransi kesehatan dan menghilangkan hambatan administratif dalam pemanfaatan layanan.
- Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan dan Inovasi Teknologi
Peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan dapat diatasi melalui kebijakan afirmasi dengan memberikan insentif khusus bagi tenaga kesehatan yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil. Program pendidikan kedokteran dan kebidanan berbasis komunitas perlu diperkuat untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang adaptif terhadap kondisi lokal. Pemanfaatan teknologi telemedicine dapat mengatasi keterbatasan tenaga spesialis dengan memungkinkan konsultasi jarak jauh untuk kasus-kasus komplikasi kehamilan dan persalinan. Pengembangan aplikasi mobile health untuk edukasi ibu hamil, deteksi dini risiko, dan pemantauan kehamilan dapat meningkatkan jangkauan program kesehatan ibu di daerah dengan akses terbatas (Yulianti & Fikawati, 2023).
Implementasi program penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia masih menghadapi berbagai rintangan yang saling terkait, meliputi aspek geografis, infrastruktur kesehatan, sumber daya manusia, sosial budaya, dan sistem rujukan. Ketidakmerataan akses layanan kesehatan ibu, keterbatasan tenaga kesehatan terlatih, faktor sosial budaya, dan sistem rujukan yang belum optimal menjadi hambatan utama yang perlu diatasi melalui pendekatan komprehensif dan terintegrasi. Keberhasilan program penurunan AKI memerlukan strategi yang tidak hanya berfokus pada intervensi klinis tetapi juga mempertimbangkan konteks lokal dan determinan sosial kesehatan ibu.
Rekomendasi untuk mengatasi rintangan tersebut mencakup penguatan sistem kesehatan primer, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, pemanfaatan inovasi teknologi, pendekatan kultural yang sensitif, dan reformasi sistem rujukan maternal. Implementasi rekomendasi ini memerlukan komitmen politik yang kuat, alokasi sumber daya yang memadai, dan kolaborasi multisektor yang melibatkan pemerintah pusat dan daerah, institusi kesehatan, organisasi masyarakat, serta dukungan mitra pembangunan internasional. Dengan pendekatan komprehensif dan berkelanjutan, Indonesia dapat mencapai target penurunan AKI dalam kerangka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan mewujudkan kesehatan ibu yang optimal bagi seluruh perempuan Indonesia.
SUMBER
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.