Mohon tunggu...
Simon Sutono
Simon Sutono Mohon Tunggu... Guru - Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Nada impian Rajut kata bermakna Mengasah rasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sesal

21 Februari 2021   00:15 Diperbarui: 21 Februari 2021   00:23 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

          "Masih di sini?" Kesekian kalinya aku mendapati sosok mungil jongkok di pojokan sekolah tak jauh dari tangga. Siswa kelas 7. Sendirian.

          "Ikut lomba apa?" Dia menggeleng.

          "Atau kasih semangat temanmu yang lagi tanding. Jadi supporter," saranku. Anak laki itu hanya tersenyum tipis. Bagi siswa seperti dia yang tidak terlibat aktif dalam class meeting, menunggu bel pulang merupakan satu-satunya tujuan masuk sekolah.

          "Bapak kasih kegiatan, ya."

          "Pernah main UNO?" tanyaku.

          "Bapak ambilkan," ujarku menawarkan. Tawaran yang mungkin dia nantinya anggap basa-basi. 

          Dalam perjalanan mengambil UNO aku melewati perpustakaan dan terdorong menyapa peserta lomba sosial media yang sedang menyiapkan materi lomba. Akupun lupa tujuan semula sampai jam pulang tiba.

*****

         Kuambil UNO staco dari lockerku. Menebus tawaranku yang terlupakan sehari sebelumnya, hari ini akan kuajak dia bermain UNO. Suara keramaian dari lapang basket mengiringiku ke tempat dia biasa berdiam diri. Kosong. Beberapa kali aku lewati tempat itu, dia tak kutemukan. Demikian juga di hari berikutnya. Ketika kutanyakan ke teman sekelasnya, sudah dua hari dia tidak masuk sekolah. 

          Aku tercenung. "Apakah dia kecewa," gumamku, "karena aku melupakan tawaranku?"

          Terbersit sesal. Andaikan saja tiga hari lalu aku jadi bermain UNO dengannya, ada kemungkinan dia tetap masuk sekolah karena ada alasan lain datang ke sekolah selain menunggu bel pulang.

          "Pupus kesempatan make a difference to him." Aku membatin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun