Mohon tunggu...
Simon Sutono
Simon Sutono Mohon Tunggu... Guru - Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Nada impian Rajut kata bermakna Mengasah rasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sarjana dari Timur: Kerendahan Hati

4 Januari 2021   22:51 Diperbarui: 4 Januari 2021   23:25 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Alkisah tiga sarjana dari timur yang tak kurang nama, pangkat dan harta mengelana untuk menemukan Sang Sumber Kebenaran yang mereka yakini baru dilahirkan. Dalam pengelanaannya, mereka dibimbing satu bintang yang bersinar berbeda dengan yang lainnya. Ketika bagi sebagian besar orang bintang yang bercahaya berbeda itu hanyalah gejala alam, perbedaan biasa yang tidak perlu dihiraukan, bagi tiga sarjana, bintang itu menjadi pertanda berdasarkan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan yang mereka miliki. Maka, mengelanalah  mereka sampai mereka tiba di Kota Betlehem dan menghentikan pencariannya dikarenakan satu hal: bintang yang menjadi panduan berhenti dan tidak menunjukkan arah dan tempat yang tepat. 

Sebagaimana keumuman, bertanyalah mereka pada penguasa setempat atas fenomena yang mereka alami dan mungkin juga tuntunan barangkali sang penguasa juga familiar dengan fenomena tersebut. Apa yang ditanyakan malah membuat geger seisi kediaman sang penguasa karena berdasarkan telaah para penasehat sang penguasa fenomena itu benar adanya. Hanya, sayangnya merekapun tidak mengetahui dimana dan kapan fenomena tersebut terjadi.

Maka tiga sarjana undur diri dan meneruskan perjalanan dan begitu girang ketika sang bintang kembali menunjukkan aktivitasnya sampai akhirnya sang bintang berhenti dan mengerahkan cahaya ke satu tempat hina dina, kandang binatang, tempat bersemayam satu keluarga dengan satu bayi yang baru dilahirkan. Mendapati apa yang mereka cari-cari dengan situasi yang di luar dugaan, apakah lantas ketiga sarjana ini menyurut dan mengundurkan diri dengan temuan mereka? Tidak. Dengan takzim mereka berlutut sang bayi yang sebagaimana mereka yakini berdasarkan kebijaksaaan yang mereka miliki merupakan Sang Kebenaran. 

Tiga sarjana mewakili peziarahan manusia dalam mencari kebenaran. Keumumannya, sosok sarjana yang bergelimang nama, pangkat dan harta tentulah akan jauh lebih sulit untuk melepaskan diri dari menara gading yang menjadi tahtanya. Hal ini tidak terjadi dengan tiga sarjana dari timur< Titel, kekayaan dan ketenaran tidak lantas membelitnya menjadi pribadi yang tinggi hati dan enggan mencari kebenaran. Tiga sarjana dari timur menampakkan pribadi RENDAH HATI, tidak terikat lelat pada keagungan diri prbadi yang bersifat relatif. Dengan kerendahan hatinya tiga sarjana mampu membaca tanda-tanda zaman dan akhirnya diberi kesempatan untuk menemukan kebenaran yang hakiki. Rendah hati dari apa atau siapakah sikap yang ditunjukkan oleh tiga sarjana dari timur?

Tentu saja pertama dan terutama kerendahan hati tiga sarjana dari timur didasarkan atas keterbatasan diri dan pengakuan akan adanya Kekuatan atau Kebenaran hakiki yang menjadi peziarahan hidup mereka. Kerendahan hati seperti inilah yang memberikan ruang-ruang kosong bagi Allah untuk ambil bagian dalam menyempurnakan hidup. Sekalipun dalam proses peziarahan ini ditemukan hal-hal yang tidak selaras akal sehat, tidak lantas situasi ini memutus proses peziarahan dan campur tangan Tuhan. Jikalau saja, tidak ada kerendahhatian dari tiga sarjana dari timur, niscaya tidak akan cerita tiga sarjana yang dalam versi lain tiga raya yang berkelana dan berjumpa dengan bayi suci, Sang Immanuel. Tuhan beserta kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun