Mohon tunggu...
Simon Boyke Sinaga
Simon Boyke Sinaga Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Suka Keindahan Masy. Nelayan, Pesisir & Pulau2 Kecil | Underwater Foto/Video | SSI Instructor | Doctor of Philosophy in Environmental Management

Senang dengan dunia photographer, dengan objek kehidupan masyarakat pesisir dan laut sesuai dengan bidang pekerjaan yang ditekuni di bidang kelautan dan perikanan Jakarta. Sebagai instruktur selam di SSI juga menekuni underwater foto/videographer. Setelah menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta sebagai Sarjana Perikanan melanjutkan ke Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, dan menyelesaikan Doktor Management Lingkungan di UNJ.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Telur Penyu Disikat Kembali di Pulau Midai, Natuna, Kepri

20 Juli 2016   14:33 Diperbarui: 20 Juli 2016   14:47 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketidak Berdayaan Penyu untuk melawan perusak Habitat bertelurnya akibat tergeser oleh aktivitas manusia dirasa sangat ironis terus terjadi.

Pulau Bali yang terkenal dengan keindahan pantai pasirnya untuk wisatawan berjemur juga mengakibatkan tergesernya Habitat Asli Penyu untuk Bertelur.

Teman-teman di Bali banyak yang telah peduli dan terlibat untuk tetap mempertahannkan telur-telur penyu di pantai dengan cara membatasi atau membuat pagar melindungi sarang telur penyu, walaupun disebelahnya tempat berjemur wisatawan. Seperti saya mencermati foto-foto yang di posting FB nya ito Pariama Hutasoitsaya hanya dapat membayangkan bagaimana tiba-tiba seorang Ibu hamil yang akan melahirkan tapi tidak mendapatkan tempat, sehingga terpaksa melahirkan di tempat seadanya saja. Mungkin demikian juga kondisi penyu-penyu yang akan bertelur kepantai, si penyu terus-terus mencari dimana sebenarnya Habitat Bertelurnya, tapi tidak menemukan dan akhirnya hanya bisa membuat lobang telur di samping tempat tidur si Bule berjemur (*berharap suara hati seorang Ibu dapat Segera Mengambil Kebijakan Tegas).

Sejarahnya menurut penelitian hampir seluruh pantai di Bali dulunya adalah tempat pendaratan penyu. Seiring dengan perjalanan sang waktu, kini hanya tertinggal beberapa tempat saja yang dikunjungi penyu untuk bertelur, dan salah satunya adalah Pantai Kuta. Kini Pantai Kuta hanya ramai dikunjungi wisatawan namun namun sedikit atau tidak ada dikunjungi penyu untuk bertelur. Hal ini sangat mengejutkan dengan melihat kondisi Pantai-pantai di Bali yang kini telah sesak dan habitat bertelur penyu rusak dengan banyaknya bangunan hotel, sedangkan pasirnya digunakan tempat bule-bule berjemur. Penyu yang mendarat di Pantai Kuta adalah jenis penyu lekang (Lepidochelys olivacea). (berbagai sumber)

Penyu itu mempunyai ingatan yang kuat, khusunya penyu hijau akan kembali ke pantai asal ia dilahirkan untuk bertelur setiap 3 hingga 4 tahun sekali (Nuitja, 1992). Sehingga pantai habitat penyu bertelur harus di pertahankan, seandainya satu ekor induk penyu bertelur 300 butir, ya kita berharap minimal 100 ekor sajalah yang kembali kepantai, tapi hal ini mungkin akan mustahil kita temukan jika semua pantai sudah diahli fungsikan untuk kegiatan yang lainnya. Catatan sejarah pantai Kuta di Bali mengatakan bahwa seluruh pantai pasir disana adalah aslinya habitat tempat bertelur penyu, kenyataannya sekarang mungkin tak ada lagi penyu bertelur disana. Kondisi pantai habitatnya yang telah berubah mengakibatkan penyu enggan kembali kepantai asalnya.

IUCN telah menyatakan Penyu Laut masuk dalam Red List of Threatened Species (Daftar Merah Spesies yang Terancam). Sebagai spesies yang daur hidupnya secara alamiah sudah rentan, kelangsungan populasi Penyu Laut makin terancam dengan meningkatnya aktivitas manusia. Aktivitas-aktivitas tersebut mencakup hancurnya habitat dan tempat penyu bertelur, tangkapan sampingan (bycatch), perburuan telur, perdagangan ilegal produk berbahan dasar penyu, dan berbagai eksploitasi yang membahayakan lingkungan. Hancurnya habitat penyu akan secara langsung membahayakan kelestarian Sang Ambasador Laut ini. (dikutip dari : http://www.wwf.or.id/?29621/Penyu-Laut-Di-Indonesia-Kisah-Ambasador-Laut-yang-Terancam-Punah)

Harapan akan Kecerian anak-anak untuk melepaskan tukik ke laut semoga dapat terus kita lihat, dengan sambil kita rebut kembali dan pertahankan pantai habitat penyu bertelur https://www.facebook.com/photo.php?fbid=910892682389537&set=pcb.910892969056175&type=3&theater

Moment Panasnya mengenai Laut Cina Selatan hasil dari Mahkamah Arbitrase di Den Haag, Belanda, yang menyatakan klaim Historis RRT di Laut Cina Selatan yang Tidak memiliki Landasan Hukum menjadikan lebih banyak yang peduli terhadap Laut Natuna, Khusunya Habitat Penyu di Kepuluan Natuna dan di seluruh Indonesia.

Semoga dengan menyebarnya foto-foto ini dapat lebih banyak lagi orang-orang yang lebih peduli dan terlibat terhadap kelestarian habitat penyu di seluruh negeri ini, karena ini merupakan pesan dari mereka yang di Pulau Midai, jadi mari kita serukan bersama silahkan di Share/Berbagi informasi ini ke semua teman kita, semoga makin banyak yang peduli dan makin nyata tindakan untuk menyelamatkan "Habitat Bertelur Penyu".

Masyarakat Nelayan di Pulau Midai juga berharap agar petugas penegak hukum dapat melakukan pengawasan dan menindak pihak-pihak yang telah merusak habitat penyu tersebut.

Untuk Masyarakat Nelayan Pulau Midai yang Peduli akan Kelestarian Penyu, jangan pernah berhenti untuk terus mengirimkan foto-foto aktivitas disana. Salam dan tetap Semangat, saya akan merahasiakan identitas anda, karena saya peduli juga akan keselamatan kalian disana. Terima Kasih Sobat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun