Mohon tunggu...
Silvia Yuadmiras
Silvia Yuadmiras Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Learning how to Learn

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dini Akan Menunggu Doni

3 Januari 2021   16:48 Diperbarui: 3 Januari 2021   17:33 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber GambarPexels.com/ Silvia Yuadmiras

Pagiku selalu dihiasi dengan senyuman namun kala itu aku menunggu waktu untuk bersamanya, namaku Dini dan nama dia Doni, hentakkan kakinya selalu menghantuiku, anginpun membisikan getaran suaranya ditelingaku, suatu ketika dia memanggil namaku tanpa kusadari.

Doni: Dini....!

Akupun terasa sedikit bingung seolah-olah ada orang yang memanggilku, akupun menoleh kebelakang, tapi aku tak terlalu menghiraukannya ternyata itu memang sosoknya. Akupun menjawab dengan rasa gugup ntah kenapa nafasku terasa berhenti seakan-akan aku terdiam bisu, kalimat yang sederhana yang kutunggu selama ini akhirnya dapat kudengar seacara nyata meski itu hanya sebatas sapaan semata.

Dini: ya doni, ada apa?

Doni: aku mau ngomong sesuatu nih!

Dini: ia  ngomong aja.

Doni: bisakah kita bertengkar tiap hari, maap berteman maksudnya hehe, dimana kamu tak perlu tahu apa alasannya.

Dini: hmm (dalam hati, hanya mau bilang aku mau).

Doni: aku anggap itu sudah menjawab ajakan ku.

Waktu itu adalah waktu yang ku tunggu selama ini, kami jadi teman tapi ntah kenapa aku selalu ingin menjadi orang yang dia panggil setiap saat, meski peranku hanya sebagai penonton, aku tau kepribadianya dan orang-orang yang dia dekatipun  aku tau, bahkan dengan terang-terangan ia selalu bersenang-senang di depanku, tapi dia selalu memberikan posisi untuk ku menjadi teman curitanya, aku terlalu berharap seakan-akan aku bisa menjadi lebih dekatnya, namun itu sudah cukup memberikan senyuman disetiap waktuku bersamanya.

Siang harinya ia kembali menemuiku, dengan rasa gembira aku melihat kearahnya, dan dia bilang kalau dia akan pergi, ketempat dimana aku akan merindukannya, aku hanya menganggap itu sebagai lelucon karena aku tau sifatnya yang sudah biasa seperti itu dan keesokkannya aku mendapat kabar kalau dia tak lagi ada didekatku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun